Berbeda Dalam Satu Kesatuan

Berita | 1 Juni 2019

Berbeda Dalam Satu Kesatuan


Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1 Korintus 1:10)

Lelah sekali melihat anak bangsa begitu mudahnya terpecah belah oleh karena isu Suku, Agama, Ras, Antargolongan (SARA) yang dimainkan oleh orang-orang intoleran di negeri ini. Emosi kita mudah sekali tersulut hanya karena desas-desus yang belum jelas, komentar atau statement dari orang-orang tertentu, ataupun berita yang telah dipelintir kebenarannya, tanpa kita pernah mencari fakta sebenarnya.

Seluruh tenaga, waktu dan pikiran telah terkuras hanya untuk membahas masalah yang sebenarnya telah lama terselesaikan oleh para pendiri bangsa ini dan juga para pejuang terdahulu. Seluruh energi yang seharusnya telah diberdayakan untuk memajukan bangsa ini justru terbuang sia-sia. Para politisi, pejabat negara, kaum rohaniawan sekalipun, bahkan kaum intelektual dan akademisi pun sudah tidak lagi memiliki pemikiran yang produktif tetapi malahan ikut berkubang di dalam pemikiran dan sikap yang anti sosial dan intoleran itu, sesuatu yang tidak dapat membawa negara ini semakin maju, tetapi justru sebaliknya membuat langkah kita semakin mundur jauh ke belakang, tertingal oleh bangsa-bangsa lain.

Mari kita kembali belajarlah dari sejarah. Bangsa ini akhirnya dapat menjadi satu kesatuan yang sekarang kita sebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah karena mereka yang telah ada jauh sebelum kita lahir, mereka yang namanya tercantum dalam buku sejarah bangsa ini, dengan rela menundukkan egoisme kesukuan, agama, ras, serta golongan masing-masing kepada satu cita-cita bersama dan dengan kesadaran penuh bahwa kesatuan terjadi bukan karena semuanya sama tetapi karena banyaknya perbedaan. Karena sejak awalnya kita memang telah berbeda, Indonesia dulunya adalah deretan pulau-pulau yang terdiri atas banyak kerajaan, banyak aliran kepercayaan ditambah dengan agama-agama yang datang dari India, Arab, Eropa dan Tiongkok, beragam budaya dan bahasa, yang semuanya tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Inilah yang dilihat oleh Muhammad Yamin – seorang muslim – sehingga ia mengusulkan “Bhineka Tunggal Ika” sebagai semboyan bangsa Indonesia, yang diambil dari karya sastra seorang sastrawan Buddha bernama Mpu Tantular. Karena itulah sangat mustahil untuk tetap mempersatukan Indonesia tanpa memelihara perbedaan di dalamnya. Marilah merawat perbedaan itu agar kita semua hidup sentosa bersama.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia