Hari Air Sedunia berlangsung setiap tahun pada tanggal 22 Maret. Inisiatif ini dipelopori oleh PBB, bersama UNESCO, World Water Council dan WWF. Peringatan ini sebenarnya sebagai dasar untuk tindakan jangka panjang untuk memastikan bahwa setiap orang di dunia memiliki akses ke air bersih. Pada Hari Air Sedunia ke-28 tahun 2020 dengan tema “Water and Climate Change” menyebutkan perubahan iklim yang telah menjadi salah satu faktor masalah lingkungan hidup dunia dan mengancam kelanjutan kehidupan di bumi, salah satunya dengan berkurangnya ketersediaan sumber daya air untuk kelangsungan hidup.
Dalam menjaga ketersediaan air bersih, Alkitab mencatat bagaimana kondisi tanah Israel telah membuat umat Israel sangat sadar akan nilai luhur air untuk kehidupan mereka dan seluruh alam di sekitar mereka. Karena air tidak mengalir secara berlimpah-limpah di negeri mereka (kebalikan dari Taman Eden, Kej. 2:10-14), orang Israel senantiasa harus menantikan air sebagai anugerah Tuhan yang diberikan-Nya melalui hujan dari atas dan mata air serta sumur dari bawah. Apa yang dianugerahkan Tuhan mereka kelola dan simpan untuk keesokan hari; mereka pelihara agar tetap bersih dan berguna.
Romo Martin Harun dalam artikelnya Air Yang Mematikan, Menghidupan, dan Menyucikan, menyebutkan, kita harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan memelihara umatnya, maka perjuangan kita untuk keselamatan bumi akan lebih kuat. Kita akan mampu mengadakan pertobatan ekologis dan memotivasi sesama masyarakat untuk berbalik dari cara hidup yang menjadi sebab langsung kehancuran bumi, termasuk air dan memperbarui cara hidup yang ramah lingkungan, ramah terhadap bumi dan persediaan airnya.