Meskipun lagunya “ Kemenangan Terjadi di Sini” melambungkan namanya sebagai musisi rohani, sewaktu kecil Franky Kuncoro tidak berniat menjadi musisi. Hanya saja ia pernah dinubuatkan oleh pembimbing rohaninya, Pdt. Jonathan Pattiasina, bahwa suatu saat ia akan berdiri paling depan di barisan tentara Allah. Sebagai anak remaja usia 13 tahun, tentu saja Franky belum menyadari apa arti nubuatan tersebut. Orang tua Franky Kuncoro memang mendorong dan mengarahkan anak-anaknya untuk terlibat aktif dalam pelayanan dan persekutuan. Meskipun Franky menjalaninya masih sebatas aktivitas tanpa didukung pemahaman firman Tuhan yang mendalam. “Orang tua saya termasuk warga jemaat awal, salah satu pendiri Gereja Bethel Indonesia (GBI) Keluarga Allah di Solo. Dari awal orang tua saya berjuang bersama Pdt. Obaja merintis dan membangun gereja.” (Saat ini GBI Keluarga Allah termasuk salah satu gereja yang paling besar di Solo-red).
Tentang pilihannya memilih jalur musik rohani, Franky bukannya menolak segala hal yang sekuler. Namun secara jujur ia menyadari talenta dan kelebihannya di jalur musik rohani. “Saya bukan sekadar penyanyi, namun juga menulis lagu. Saya belajar untuk membaca kekuatan saya. Saya merasa saya lebih menghayati ketika menulis lagu tentang Tuhan dan kehidupan dibanding lirik tentang cinta,”katanya. Franky menegaskan sebenarnya tidak ada batasan antara yang rohani dan sekuler, karena seluruh dunia merupakan karya Allah.
“Saya pernah juga dipercaya menulis lagu untuk iklan berbagai perusahaan, seperti: Bank OSBC NISP, Sampoerna, Zurich Insurance, dan banyak lagi,”katanya.
Surabaya Sebagai Tempat Pembentukan
Menjelang lulus SMA, Franky sempat kebingungan memilih tempat kuliah. Akhirnya ia memilih kuliah di jurusan desain grafis, Universitas Petra, Surabaya. Meski tidak langsung berhubungan dengan karirnya bermusik, Franky bersyukur atas pilihannya menjalani kuliah di Surabaya. Yang pertama, menurut Franky ilmu desain grafisnya bisa diaplikasikan untuk mendukung berbagai pelayanan yang dilakukan. “Hampir semua bidang kehidupan membutuhkan desain atau tampilan visual yang menarik,”katanya. Yang kedua, Franky bersyukur karena pernah ditempatkan Tuhan di Surabaya. Di kota ini, Franky bersyukur ditempatkan di sebuah gereja (Gereja Mawar Sharon) yang memberinya kesempatan belajar begitu banyak dan mendewasakan kerohaniannya. “Saya lahir dan besar di Solo, tapi mengalami masa penempaan pembentukan dan pendewasaan di Surabaya,”katanya.
Awal karirnya di Surabaya tidak dijalani dengan mulus. Sebelum dirinya menjadi musisi yang dikenal banyak orang seperti sekarang, ia pernah gagal dalam merintis bisnis hingga enam kali. Gagal dalam bisnis, membawanya untuk menjadi full timer musik di gereja. “Jujur awalnya saya menjadi full timer untuk menyambung hidup. Bisnis saya tidak berhasil, untuk minta bantuan orang tua saya malu,”ungkapnya. Selama lima tahun ia menjalani tugas pelayanannya tersebut. Dari sekadar bertahan hidup, Franky malah menemukan panggilan pelayanan dan visi hidupnya di musik gereja.
Dari Surabaya, Franky menuju Jakarta. Setelah beberapa waktu mengadakan berbagai acara KKR atau worship conference, Franky semakin yakin untuk mengembangkan talenta pelayanannya di Jakarta. Niatnya semakin dikuatkan melalui inspirasi yang diperolehnya melalui Yesaya 60 dan Kitab Nehemia. Dua-duanya menceritakan tentang pembangunan kembali pintu dan tembok Yerusalem. Dalam Yesaya 60:18, disebut: Pintumu akan dikatakan pujian dan tembokmu sebagai selamat. Mengacu dari ayat tersebut, menurt Franky butuh orang yang dipakai dengan sengaja untuk membangkitkan pujian. Kisah Para Rasul 15: di mana penyembahan terjadi disana penuaian terjadi, di mana nama Yesus di tinggikan dilakukan terjadi banyak jiwa diselamatkan. Dan pada 2014, Franky pun meninggalkan Surabaya dengan keyakinan berkarya untuk kemuliaan Tuhan.
Awal-awal di Jakarta benar-benar masa perjuangan untuk Franky. “Waktu itu belum ada yang support. Saya sendiri belum tahu secara pasti mau berbuat apa,”kenangnya. Belum banyak sosok yang mengenalnya. Lagu hitsnya “Kemenangan Terjadi di Sini” belum ada yang kenal. Pelan namun pasti Franky bertemu dengan banyak rekan, dan mulai membangun sinergi pelayanan dengan teman-temannya. Franky menyebut perlu waktu yang cukup lama, hampir empat tahun, untuk adaptasi dan membangun kesehatian sampai timnya benar-benar klik.
Franky menulis lagu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. “Saya menulis lagu bisa di mana saja. Bahan mentahnya ada tiga: pengalaman hidup, kejadian-kejadian di sekitar kita, dan hasil merenungkan firman Tuhan.” Franky paling sering menulis lagu seusai saat teduh, saat mendengarkan firman di gereja ataupun di tengah perjalanan. Tidak menunggu lama, ide-ide yang kadang dadakan tersebut langsung dituliskan atau direkamnya.
Tantangan Pelayanan
Berbicara tentang pelayanan menurut Franky sangat kompleks. Ia menyadari bahwa pelayanan tidak selalu berjalan dengan mulus tanpa kesulitan. Namun, Franky juga menegaskan lebih banyak kendala seorang pelayan berasal dari dalam dirinya, bukan dari luar. Tantangan pertama menurut Franky adalah integritas. Artinya satunya pikiran, perkataan dan perbuatan. “ Antara yang dilihat orang lain dengan yang di dalam batin dan pikiran kita haruslah sama. Antara yang di atas panggung dan yang di bawah panggung jangan sampai pribadi yang berbeda.” Dalam hal ini ia meyakini kebenaran Firman agar setiap orang menjadi penyembah yang benar atau ia mengistilahkan sebagai penyembah yang asli.
Tantangan kedua, pelayanan selalu berhubungan dengan kepemimpinan. Tantangannya adalah bagaimana kita harus bersinergi dengan pimpinan atau teman sepelayanan dan bisa menjawab kebutuhan jemaat. Tantangan ketiga, bagaimana memindahkan bahasa-bahasa surga (rohani) menjadi bahasa bumi, yang mudah dimengerti dan diaplikasikan umat kebanyakan dalam hidup setiap hari. Yang keempat, menurut Franky menemukan panggilan kita yang sebenarnya.
Pada akhirnya Franky meyakini sebelum seseorang bisa memenangkan dirinya sendiri, ia tidak akan mungkin memimpin dan menjadi berkat bagi orang lain. Mengutip firman Tuhan, ia menegaskan: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Seseorang yang belum bisa mengasihi dirinya sendiri tidak akan mungkin mengasihi orang lain.
Franky tidak mengelak bahwa setiap pelayanan pasti ada tantangannya masing-masing. Termasuk dirinya sebagai musisi rohani. Pada masa-masa awal ia begitu produktif menulis lagu, ia pernah mengalami diremehkan orang lain, bukan hanya oleh orang-orang yang jauh namun juga orang yang dekat dengannya. Ia lebih memilih untuk menanggapi secara positif dengan berlatih lebih serius dan dengan ulet terus mencoba. Franky menegaskan pentingnya setiap pelayanan memiliki hati seorang hamba, selalu siap direndahkan namun terus berusaha memberikan yang terbaik.
Ada pula masa ketika Franky muda, ia menjadi seorang yang sombong rohani, merasa bisa dan tahu banyak hal, ia gemar menilai dan mengkritisi pelayanan orang lain bahkan pemimpin pelayanannya. Hingga tiba masanya Tuhan mengingatkannya kembali untuk menjadi sosok yang rendah hati.
Franky belakangan lebih selektif memilih dan menerima panggilan pelayanan. Bukan berarti karena dirinya sombong. Namun dalam rangka menjaga keseimbangan antara kesibukan pelayanan dan waktu pribadi bersama Tuhan maupun keluarga. Belum lagi ia sedang bekerja keras mengembangkan sekolah musik: “Unlimitted Worship”. Ia benar-benar harus menata waktunya dengan baik. Seseorang yang terlalu sibuk, menurut Franky bisa menjauh dari visi atau tujuan pelayanan yang ingin dicapai.
Menjaga Energi Pelayanan
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, Franky mengakui pernah juga mengalami keletihan. Namun, ia memiliki beberapa cara dalam menjaga api atau energi pelayanannya. Yang pertama, ia senantiasa mengingat kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan Tuhan baginya di masa lalu. “Jika berbagai kesulitan di masa lalu saja pernah kita lewati di masa lalu bersama-Nya, kita pasti bisa melewati berbagai tantangan di masa depan,”tegasnya.
Yang kedua, Franky sengaja menjadikan dirinya seorang learner(pembelajar). “Saya senang belajar dari banyak orang melalui pertemuan, diskusi, mengikuti seminar-seminar,”katanya. “Saya selalu berusaha mengisi hidup saya melalui berbagai pembelajaran. Kita tidak mungkin mengisi hidup orang lain, jika tidak pernah mengisi hidup kita dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.”
Yang ketiga, Franky selalu belajar membagi waktu saya untuk keluarga. Keluarga merupakan bahan bakar utama dalam pelayanannya. “Keluarga adalah masa depan saya. Bagi saya salah satu parameter seseorang melayani dengan sehat, terlihat dari kebahagiaan keluarganya,”pungkasnya.
Merintis Unlimited Worship
Menurut Franky ide mendirikan Unlimited Worship tidak muncul tiba-tiba. Sekitar tahun 2007, Franky mengadakan worship conference di Solo. “Awalnya hanya sebuah konser pujian, kemudian berkembang menjadi sebuah konferensi,”ungkapnya. Selanjutnya setelah konferensi pujian rutin diselenggarakan tahun demi tahun, Franky melihat banyak peserta terinspirasi, namun tidak ada pertumbuhan yang signifikan baik sumber daya pelayan maupun kualitas pelayanan di gereja-gereja lokal.
Maka ia mencoba membagikan visi pribadinya kepada beberapa rekannya. Bagi Franky, sekolah musik bukan sekadar alat melatih ketrampilan bisa menjadi sarananya untuk berbagi dan meneruskan visi pelayanan kepada lebih banyak orang. Di satu sisi orang yang ingin melayani pujian dan penyembahan, bukan hanya memerlukan semangat dan kemauan hati, namun juga harus dilengkapi ketrampilan. Pada sisi lainnya, pelayanan ini juga bukan sekadar memiliki skill bermusik yang mumpuni. Mereka juga harus mampu berorganisasi, berkomunikasi dan hati yang siap melayani.
Merintis sekolah musik ternyata tidak mudah. Pada tahun 2015, Franky bersama partnernya pernah merintis sekolah musik di dae-rah Muara Karang, sambil melihat kebutuhan gereja-gereja lokal. Setahun berjalan partnernya mengundurkan diri, karena menganggap pertumbuhan sekolah musik tersebut tidak signifikan. Tak lama kemudian stafnya menyusul mundur. Pada saat yang sama, gedung yang ia sewa juga habis masa kontraknya. Franky sempat nyaris mau menyerah. “Saya merasa kehilangan semua hal yang saya perlukan untuk membangun sekolah,” katanya. Franky sudah berniat pulang keSurabaya, terlebih ada tawaran pekerjaan menarik di Surabaya.
Pada titik inilah dukungan istrinya memberikan semangat baru baginya. Istrinya yang orang Surabaya, malahan tidak mau diajak pulang ke Surabaya. Sang istri mendorong Franky untuk tidak menyerah dan mengandalkan pertolongan Tuhan. “Jika Tuhan sudah menolong kamu sampai hari ini, Ia pasti akan tetap menyertaimu. Jangan give up!”kata istrinya.
Tak lama kemudian Franky mendapat fasilitas baru untuk sekolah musiknya di daerah Plaza Indonesia. Disusul peluncuran album rohaninya yang menghasilkan hits “Kemenangan Terjadi di Sini”. Jalannya seperti terbuka begitu saja. Sejak saat itu Franky menjadi lebih dikenal dan banyak jaringan pelayanan baru yang dibukakan.
Franky tak jarang merasa sangat heran dengan cara Tuhan bekerja. “Keberadaan saya hari ini merupakan tempaan atas banyak pengalaman hidup. Kegagalan-kegagalan yang saya alami ternyata Tuhan buat menjadi tempat pelatihan yang mematangkan saya,”katanya.
Melalui komunikasi dengan teman Franky diingatkan akan tujuan sebenarnya Unlimited Worship. Temannya mengingatkan agar sekolah musiknya bukan hanya berfokus pada membangun fasilitas, namun fokus pada pembangunan manusianya. Setelahnya, Franky merenung dan sebuah pernyataan muncul di pikirannya, ”Building Nations, True Worship”, membangun bangsa melalui pujian. Mengutip Wahyu 4, Franky mengingatkan bahwa panggilan umat percaya adalah memuji Tuhan, agar manusia kembali mengenal Tuhan.
Franky meyakini pada akhir zaman semua orang akan kembali memuji Tuhan dengan benar. Semua orang kembali mengenal nama-Nya. Jika gereja-gereja kembali menjadi gereja penyembah, Franky menyebut Tuhan akan banyak memberikan curahan berkat-Nya. Karena di mana penyembahan terjadi, isi hati Tuhan dinyatakan, pribadi Tuhan dinyatakan, umat mengalami kebangunan rohani.
Pada gereja-gereja lokal, Franky sering melihat antara penyembahan dan pertunjukan beda tipis. Berdasar 2 Raja-raja 3, dalam penyembahan yang sejati: hadirat Tuhan hadir nyata, Tuhan pasti berbicara dan Tuhan pasti bekerja. Sementara yang sering terjadi, para pelayan yang memandu pujian tidak mengerti dan menghidupi apa yang mereka nyanyikan. “Jadi pujian dan penyembahan menjadi semacam pertunjukan atau presentasi saja. Karena itu harus ada yang dengan sengaja berkomitmen untuk memperlengkapi mereka,”jelasnya.
Unlimitted Worship sebagai lembaga pendidikan mencoba menjawab kebutuhan di atas. Melalui pendidikan pendek delapan bulan para murid akan diarahkan agar: pertama, kembali mengalami hubungan pribadi dengan Tuhan, yang kedua punya dasar kebeneran yang kuat, ketiga, punya skill kepemimpinan yang baik, dan keempat dipertajam kemampuan dan ketrampilannya. Jika rencananya berjalan dengan baik, ke depan Franky mengaku punya impian yang lebih besar lagi. Ia berharap suatu ketika bisa membangun pelayanan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan, dan bahkan para mantan pecandu narkoba. “Bagi saya musik adalah sesuatu yang universal. Yang bisa menyatukan banyak orang. Firman Tuhan sendiri menyatakan: Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan,”katanya. “Saya cuma berharap, jika mereka dilatih dengan baik, suatu saat anak-anak jalanan ataupun mantan pecandu narkoba bisa berkarya dan kemudian memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,”lanjutnya.
Arti Alkitab dan Integritas
Memiliki orang tua yang demikian mencintai Tuhan dan aktif dalam pelayanan, sejak kecil Franky memang dibiasakan untuk membaca Alkitab, atau seperti istilahnya sedikit dipaksa. Namun, membaca secara khusus dan tajam, baru dimulai sejak Franky mengajar. “Kalau tidak punya dasar firman Tuhan yang kuat, pengajaran bisa kita pelintir ke mana-mana,”katanya. “Kalau dulu cuma sekadar baca, kalau sekarang saya menggali dan menggumuli benar-benar. Saya tidak lagi kejar target membaca, namun membaca perlahan sampai saya betul-betul mengerti,”katanya.
Ketika dirinya membaca Alkitab lebih sungguh-sungguh, banyak inspirasi dan kebenaran baru yang ia dapatkan. Baginya, lewat Alkitab manusia bisa menemukan isi hati Tuhan, siapakah diri kita sebenarnya, dan bagaimana Tuhan berkarya dan bersinergi dengan manusia.
Franky mengakui kecintaannya membaca Alkitab tersebut kini ditularkan kepada keluarganya. Ia meyakini jika hari ini keluarga mereka demikian kuat pondasinya, tak lepas dari kecintaan dan keyakinan mereka terhadap firman Tuhan. Bahkan Franky pernah merasa sampai pada keadaan kecanduan Firman Tuhan. Lagu hitsnya “Kemenangan Terjadi di Sini” pun diinspirasi dari Ibrani 4:16. “Kekuatan manusia sesungguhnya bukan berasal dari perasaan kita atau pengalaman kita, tetapi berasal dari perkataan firman Tuhan,”katanya.
Dalam hubungan dengan sesama dan Tuhan, Franky menyebut integritas menjadi nilai hidup yang utama. Menurutnya ada beberapa level atau tingkatan manusia terkait percaya dan dipercaya, yaitu: percaya diri, dipercaya orang dan yang paling keren adalah dipercaya Tuhan. Level paling utama adalah berkenan dihadapan Allah dan dihormati manusia. “Mengatakan bahwa diri kita mencintai Tuhan saja tidak cukup. Kita harus membuktikannya dengan tekun belajar Firman Tuhan,”katanya. “Agar kita bisa menghidupi firman-Nya dalam laku hidup dan berjuang mencapai tujuan: berkenan pada Alah dan dihormati manusia,”tegasnya.
Franky Kuncoro, musisi rohani, pendiri sekolah musik Unlimited Worship.