Kehadiran world wide web yang ditemukan Sir Timothy Berners-Lee pada 1991, dan munculnya media sosial pada medio 2000-an, telah mengubah wajah dunia yang kita tinggali. Melalui media sosial, manusia kian mudah menemukan teman, mitra hingga kemudahan akses informasi. Ini disadari penuh oleh seorang Revy Christianto Halim. Di jagat media sosial, Revy dikenal sebagai konten kreator muda yang aktif menyebarkan Kabar Baik kasih Tuhan melalui berbagai platform media sosial yang ada saat ini.
Revy lahir dari keluarga Kristen pada tanggal 23 Desember 1995 di Jakarta. Waktu kecil, tidak pernah terlintas terlintas di pikiran Revy untuk menjadi seorang penginjil atau motivator Kristen. Cita-citanya waktu kecil ingin menjadi seorang detektif atau pemain sepak bola. Sebuah angan sederhana seorang anak kecil yang masih dalam tahap pertumbuhan. Dari kecil sampai masa remaja Revy sudah didorong orang tuanya untuk rajin bersekolah minggu. Namun Revy menjalaninya hanya sebatas mengikuti kebiasaan rutin keluarga.
Baru pada masa SMA Revy mulai merasakan dorongan untuk belajar mengenal Firman Tuhan lebih dalam. Awalnya hanya sekadar memenuhi tugas pelajaran Agama Kristen. Ceritanya ada ujian yang mengharuskan Revy dan teman-temannya membuat simulasi ibadah. Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok wajib memeragakan tugas pelayanan peribadahan. Ada yang harus menjadi pemimpin pujian, pemandu lagu, pendoa dan pengkhotbah. Meski Revy di masa itu masih berjiwa sekuler, ia berhasrat memerankan sosok pengkhotbah. Meski banyak teman lain yang lebih pantas memerankannya.
Namun, seorang temannya berkata,”Bro, kalau nanti kamu yang dapat peran untuk berkhotbah, itu artinya panggilan kamu. Aku suka denger cara pembawaanmu saat sedang bercerita.” Itulah pertama kalinya Revy berkhotbah di depan orang lain. Dalam ujian simulasi ibadah di SMA. Sepulangnya ke rumah, ia berdoa dan di sinilah untuk pertama kalinya di dalam hidup ia berdoa sampai menangis. Ia mengenang hari ketika ia berdoa tersebut dan menjadi saat titik baliknya menjadi sosok yang ingin bertumbuh mengenal Tuhan lebih dekat.
Selepas SMA, Revy melanjutkan pendidikan di Universitas California, di Amerika Serikat mengambil jurusan Food Science and Tecnology (Ilmu dan Teknologi Pangan). Awalnya Revy lebih tertarik masuk ke jurusan Teknik Mesin. Namun Revy menyadari ia tidak terlalu kuat dalam ilmu Fisika, sementara nilai Kimianya lebih menonjol. Maka ia pun memilih jurusan Teknologi Pangan yang memang memerlukan pemahaman ilmu kimia yang kuat. Di sini dia banyak berkutat di dalam laboratorium untuk belajar bagaimana mengontrol kualitas dan mengelola keamanan pangan.
Banyak tantangan yang dialami Revy selama tinggal dan belajar di Amerika. Kehidupan yang cenderung bebas dalam segala hal sudah menjadi gaya hidup di sana. Banyak anak muda yang merantau untuk belajar dan jauh dari orangtua akhirnya jatuh karena kehidupan bebas yang dilakoninya. Tidak demikian dengan Revy. Pertobatannya malah mendorongnya untuk mencari persekutuan dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan gereja di California. Selain belajar, Revy mengisi hari-harinya dengan bermain game yang merupakan hobbynya. Di sela-sela bermain game ia mendengarkan berbagai khotbah yang ada di Youtube.
Masa awal di California Revy sesungguhnya belum tahu gereja mana yang akan diikutinya secara rutin. Ia hanya mencari gereja yang lokasinya deket tempat tinggal. Setelah beberapa kali datang, ia baru menyadari gereja yang didatanginya sedang mengalami kemunduran dalam pembinanaan iman jemaatnya. Ternyata hal itu karena tidak ada pemimpin dan gembala tetap di tempat tersebut. Pendeta sebelumnya telah keluar dari jemaat tersebut. Sampai akhirnya hadir Pendeta Francis Chan (Chan), yang merupakan sosok penuh kharisma dan seorang pemimpin di Gereja Cornerstone Community Church di Simi Valley, California.
Chan dan istrinya, Lisa, mendirikan Cornerstone Community Church pada 1994. Awalnya yang ikut dalam ibadah hanya sekitar 30 orang. Dalam dua bulan, Tuhan menolong gereja itu dan menambahkan jemaatya menjadi 100 orang. Hingga sekarang warga jemaat telah mencapai 1.600 orang. Cornerstone Community Church sekarang menjadi salah satu gereja terbesar di Ventura County, California.
Pdt. Francis Chan tergerak untuk datang dan memimpin gereja tempat Revy rutin beribadah. Selama satu tahun Chan mendidik para pemimpin gereja dan membekali mereka dengan berbagai pelatihan agar siap menjadi pemimpin selanjutnya. Revy mengaku Francis Chan banyak memberikan inspirasi dan pengaruh besar terhadap dirinya. Beliau telah menolongnya menolongnya bertumbuh dalam imannya kepada Kristus dan mendorong minatnya terlibat dalam pelayanan gerejawi. Pengaruhnya ini terlihat di salah satu konten tiktoknya, dia mengutip pernyataan Francis Chan: “Do you love God or just his gift?” Menurut Revy, sebagai umat percaya kita harus tahu bahwa berkat nomor satu dari kekristenan adalah hubungan dengan Tuhan itu sendiri. Motivasi kita beribadah semestinya bukan karena ingin menerima berkat Tuhan semata, tapi karena kerinduan untuk mengenal dan lebih dekat dengan Tuhan.
Setelah lulus kuliah Revy memperoleh tawaran untuk berkarya selama dua tahun disana. Namun, ia memilih untuk pulang mengerjakan panggilan pelayanan di Indonesia. “Aku merasa beneran dipanggilnya di bidang rohani” katanya. Menurutnya lagi mendapatkan jawaban akan panggilan hidup sebagai seorang pelayan tidaklah mudah. Hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan adalah syarat yang mutlak dan harus dipenuhi. Sehingga ketika dipercaya mengerjakan pelayanan untuk berkhotbah dia percaya penuh pimpinan Tuhan. “Aku merasa ya Tuhan yang memimpin, aku tidak memaksakan diri, tapi memang Tuhan yang membawaku ke situ.”
Rasa ingin tahunya yang besar juga mendorongnya terus menggali Firman Tuhan lebih dalam. Ia merasa mendapatkan kepuasan luar biasa setiap kali merenungkan Firman Tuhan dan mendapatkan jawaban dari hal-hal baru yang sebelumnya ia tidak ketahui. Misal, Cerita tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah yang diikuti terjadinya gempa bumi dalam Matius 25:51. Tirai Bait Suci yang terbelah dua dari atas hingga bawah merupakan fakta sejarah. Segala sesuatu yang terdapat di dalam Bait Suci merupakan bayang-bayang dari hal-hal yang akan datang. Pada akhirnya, semua bayang-bayang ini akan mengarahkan kita kepada Yesus Kristus. Dia merupakan tirai menuju Allah yang Mahakudus, dan melalui kematian-Nya orang percaya sekarang ini memiliki akses cuma-cuma kepada Allah. “Pas aku pertama kali tahu mengenai hal ini, wow luar biasa banget, menurutnya ini sesuatu yang harus kita mengerti tapi tidak banyak orang Kristen yang beneran mengerti maksudnya” katanya.
Revy memandang Alkitab adalah sumber kehidupan. Isinya surat cinta Tuhan buat kita. Semakin kita baca semakin kita tahu seberapa besar sayang Tuhan kepada kita. Revy berusaha merangkum definisi Alkitab dalam tiga uraian. Pertama, tentang pengharapan, Kalau kita tahu Tuhan sayang sama kita hidup kita bisa lebih tenang. Kedua, tentang janji Tuhan, misalnya kita membaca Alkitab menjadikan kita tahu sehingga mengerti dan percaya kita punya masa depan yang baik meskipun saat ini punya berbagai masalah hidup. Terakhir Alkitab adalah manual book sebagai arahan dari Tuhan, semakin kita baca semakin kita tahu mana yang baik dan mana yang buruk dan dari sana kita bisa mengambil keputusan yang tepat dalam hidup. “Jadi menurut aku Alkitab ini memang merupakan sumber kehidupan,” jelasnya.
Jauh sebelum media sosial ditemukan dan berkembang seperti sekarang ini orang mungkin ketika berkunjung ke suatu tempat wisata alam yang dilakukan adalah berdiri saja menatap objek wisatanya tersebut sambil berdecak kagum karena keindahan luar biasa dari pengalaman yang didapatkan. Namun, coba kita lihat di masa sekarang. Setiap mengunjungi objek wisata orang-orang akan langsung mengambil kameranya dan memotret dirinya dengan latar belakang pemandangan alam tersebut. Setelahnya mengunggah ke media sosialnya.
Kebiasaan ini adalah hal yang wajar di masa sekarang karena hampir semua orang melakukannya. Tapi Alkitab berkata lain, dalam Timotius 2 3:1-2 disebutkan “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri”. Revy berpikir dan sadar media sosial seharusnya bisa juga menjadi alat untuk menyebarkan kasih karunia Tuhan, tidak sekedar menjadi ajang pamer diri.
Mulai 2013, ketika masih di bangku kuliah, ia gemar membaca buku-buku rohani, artikel rohani dan menonton video rohani. Dari sini timbul inspirasi untuk menyampaikan dan menuangkan dalam tulisan apa yang ia dapat dari buku, artikel dan video rohani ini. Tulisan sederhana dan singkat itu dia posting di media sosial sehingga dapat disampaikan kepada banyak orang. “Awalnya jujur aja tidak ada visi besar, aku cuma berpikir pengen share aja” terangnya. Tapi ternyata berbagai postingan itu mendapatkan apresiasi yang baik dari banyak orang, dan membuatnya bertumbuh. Tuhan seperti memberikan visi bahwa pelayanan media sosial ini bukan sekadar untuk iseng, melainkan mencapai suatu tujuan yang lebih besar.
Revy memulai kreasi konten rohaninya dengan mengunggah tulisan di Instagram, setelahnya berkembang menjadi sebuah website yang membagikan banyak hal mengenai renungan, pembahasan seputar Alkitab serta tips dan trik. Revy mendaftarkan nama websitenya Grace Depth. “Sebenernya aku bingung mau kasih namanya, nama apa yang bisa mewakili dan mendeskripsikan Kekristenan.” Dia berpikir kata “Grace” mungkin tepat untuk menggambarkan kasih karunia Allah, lalu dia membutuhkan kata kedua untuk bisa mengartikan kedalaman dari sebuah kasih karunia. Akhirnya tercetuslah kata depth. Sampai akhirnya kata Grace Depth ini dipakai tidak hanya untuk websitenya saja tapi juga untuk semua lini platform media sosial lainnya.
Makin lama websitenya berkembang, kontennya tidak hanya renungan saja tapi juga menjadi ruang kesaksian hidup yang dikemas dalam narasi yang menarik, lalu ada juga didalamnya grace depth kids untuk mengakomodir kebutuhan anak-anak usia dini. Ini seturut dengan tagline yang diambil oleh website ini “Enjoy God’s Love”. Revy memang berharap pelayanan online ini bisa dinikmati oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Revy juga memandang pelayanan media sosial akan melengkapi pelayanan yang sudah gereja lakukan. Website dan media sosial tak jarang bisa menjangkau apa yang gereja sulit jangkau dan demikian pula sebaliknya. Revy merasa, “if you want to go far you have go together”. Bagi Revy, baik pelayanan konten rohani melalui website, maupun pelayanan yang sudah dilakukan gereja semestinya berjalan bersama untuk kemuliaan nama Tuhan.
Kini Revy tidak sendirian dalam melakukan pekerjaan pelayanannya. Ada banyak rekan setim yang membantunya. Dalam membangun tim kerjanya Revy selalu mempunyai harapan semua yang dikerjakannya berkembang. “Aku gak mau lah ya 10 tahun gak ada perkembangan, semuanya aku kerjain sendiri menurut aku gak bisa juga, jadi membangun tim ini untuk bisa bertumbuh,” ungkapnya. Mayoritas yang bergabung dalam tim kerjanya adalah orang-orang yang terberkati dari konten grace depth. Dia menceritakan awalnya dua orang pertama yang bergabung itu satunya memang orang yang sudah dia kenal. Yang satu lagi belum kenal. Bermula dari suka komen lalu sering chat di website grace depth Revy mengajak orang ini untuk masuk ke dalam timnya. Bisa dibilang Revy mengajak mereka hanya bermodal feeling saja dan melihat passion mereka untuk melayani Tuhan.
Kendati begitu ada juga kisah menarik dibalik bergabungnya salah satu rekan dalam dalam tim kerjanya. Saat pertemuan pertama dia menceritakan kenapa dia mengiyakan ajakan untuk bergabung. “Dia mendapat mimpi yang katanya di mimpinya muncul diri aku.” terang Revy sambil tertawa. Tim kerjanya kini bukan cuma dua orang namun sudah berkembang menjadi 12 orang. Mereka tersebar dan tidak hanya berdomisili di sekitar Jakarta saja. Ada yang dari Yogyakarta bahkan Makassar. Mereka semua merupakan volunteer yang tidak dibayar dan bekerja dengan sepenuh hati. Revy percaya jika Tuhan yang sudah kasih visi, Tuhan juga yang akan memberikan provisi.
Khotbah-khotbah maupun tulisan yang Revy bagikan tidak fokus pada satu tema saja. Semua hal bisa menjadi topik pelayanan. Yang penting baginya adalah menyuarakan firman Tuhan dan kebenaran-Nya. Ada topik-topik favorit anak muda seperti love and relationship. Setiap mengunggah akan banyak yang menyimaknya. Namun, ada juga konten yang sepi peminat seperti integritas. Namun, Revy tidak mau menghilangkannya hanya karena tidak banyak yang suka. Karena ia menganggap topik-topik tersebut tetap penting untuk disuarakan. Jika ditanya topik favoritnya Revy memilih pembahasan tentang Salib Tuhan Yesus. Pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib menurutnya adalah kasih karunia. Dan itu adalah inti dari iman kita, kasih karunia Tuhan yang tidak ada batasnya. Ini cocok dengan ayat favoritnya juga selama ini yakni dari Roma 5:8, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Dalam meramu kata-kata menjadi tulisan yang menarik, kemudian meramunya menjadi konten Revy menceritakan tips sederhananya. Kata kuncinya tidak pernah berhenti belajar. Sepanjang hari, ia terus belajar untuk mengambil inspirasi dari apa yang ia lihat, baca dan dengarkan. Inspirasi dan ide bisa datang kapan saja. Inspirasi bisa datang pada saat ia menyetir mobil atau saat mendengarkan podcast. Inspirasi bisa juga timbul menjelang istirahat malam atau ketika bersaat teduh di pagi hari. Ia segera mengingat dan mencatatnya. Ini adalah proses kreativitas yang dialami Revy ketika mau menuliskan apa yang dia dapat dari kegiatan-kegiatan yang dilaluinya sehari-hari. Konten-konten media sosial yang diunggah juga membantunya mengingat apa yang sudah dipelajarinnya. Karena biasanya setelah mendengar di podcast ataupun khotbah kita seringkali gampang lupa.
Bukan hanya aktif di media sosial, Revy juga seorang penulis buku. Dari tangan dinginnya telah terbit lima buku rohani dengan berbagai tema yang selaras dengan pergumulan anak-anak muda Kristen. Kelima bukunya antara lain “Jujur sama Tuhan”, “Single, Searching for Love”, “My Dearest Friend”, “True Love True Life”, dan “Ikutlah Aku”. Lalu apa yang melatarbelakangi Revy begitu giat untuk menulis buku? Dia ternyata terinspirasi oleh John Calvin Maxwell yang menulis banyak buku yang fokusnya banyak pada tema kepemimpinan. Dia pun terinspirasi dari Craig Groeschel seorang Senior Pastor di Life Church yang produktif menulis buku-buku juga. Mereka bisa dalam setahun bisa menerbitkan dua buku. Lewat buku Revi bisa menjelaskan secara penuh dan lebih dalam pemikiran dan apa yang dia ingin sampaikan. Beda dengan media sosial yang terbatas, contohnya Tiktok yang dibatasi hanya satu menit. “Aku mempunyai target setahun dua buku bisa terbit.” harapnya. Sejauh ini dia bekerjasama dengan Growing Publishing milik Laura Lazarus dalam menerbitkan buku-bukunya.
Di dalam perjalanannya sebagai influencer Kristen melalui konten-konten yang dihasilkan Revy pun juga mengalami naik turun dalam hidupnya. Awalnya, sebagai seorang manusia yang walaupun sudah lahir baru dia pun sempat khawatir tentang masalah keuangan. Jadwalnya selalu padat, kesibukannya sangat tinggi. Tapi penghasilan yang didapat terasa pas-pasan. Apalagi ketika Revy mulai memikirkan masa depan dan juga sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Dia sampai pada titik merasa dari kesibukan yang dia sudah jalanin tidak selaras dengan penghasilan yang dia dapat. Pernah ia ingin punya usaha minuman Boba untuk menunjang ekonomi pribadinya. Namun, ide ini dibatalkannya karena menyadari hal itu akan mengganggu fokus pelayanannya. “Di sini aku melihat faithfully ke Tuhan saja” ungkapnya. Perlahan tapi pasti, lewat penulisan buku perekonomiannya membaik. Tuhan mencukupkan melalui sumber yang awalnya tidak terpikir olehnya.
Sempat terjadi friksi juga dengan orangtua ketika mengambil keputusan untuk fulltime melayani Tuhan. Ayahnya sempat berpikir sia-sia menyekolahkan mahal-mahal ke luar negeri kalau ujungnya hanya terlibat pelayanan. Terlebih Revy anak tunggal. “Yah, mungkin ayah saya menganggap tidak balik modal,”ujarnya sambil tertawa. Sementara ibunya memilih bersikap moderat. Setelah dijalani dan bisa mencukupkan kebutuhan sendiri, sang ayah akhirnya bisa menerima pilihan anak tunggalnya ini. Mereka sekarang sudah mendukung penuh pelayanan yang dilakukan oleh Revy.
Di dalam Indonesia yang majemuk, anak-anak muda Kristen tak jarang memandang diri mereka sebagai minoritas, sehingga lebih cenderung bersikap pasif. Bahkan yang lebih parah menyembunyikan kekristenan mereka. “Kamu sekarang punya pilihan, inginnya lebih diakui oleh manusia atau oleh Tuhan?” respon Revy. Kalau pribadinya dia memilih untuk terus maju dan tidak malu sambil mengingat pesan di dalam Matius 10:32 “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Revy memilih fokus dalam berkarya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Konten-konten yang ia buat di Tiktok tidak jarang juga dihiasi komentar-komentar bernada ejekan, baik dari saudara seiman maupun yang beriman lain. Namun, ada juga yang mengapresiasi konten-kontennya walaupun berbeda agama. “Jadi kita jangan fokus dengan orang tidak suka sama kita,”ujarnya. “Kita harus melihat dan fokus dengan orang mendapat berkat dari setiap konten yang sudah kita posting,”lanjutnya.
“Artinya kita bisa tidak memaksa orang buat percaya sama kita, namun dari konten yang dihasilkan hendak menunjukan kepada banyak orang Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang mengasihi sehingga nepak ke pengikut-pengikutnya,” tambahnya lagi.
Revy selalu memaknai pesan Alkitab tentang pokok anggur yang benar dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” Melalui postingan-postingan yang diunggahnya, ia tak berhenti mengajak anak-anak muda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Semakin kita dekat kepada Tuhan semakin kita punya harapan, ketenangan, dan kekuatan sejati dalam menjalani hidup kita. Sebaliknya kalau kita jauh dari-Nya, jangan heran kalau hidup kita jadi gampang takut karena selalu dikuasai dosa dan tidak pernah tahu tujuan hidup.
Belajar dari Revy kita melihat kesuksesan terjadi bukan karena kebetulan tapi melalui sebuah keputusan. TIdak ada yang mudah, namun ketika dijalani dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan memberikan pertolongan. Daripada ajang pamer dan menyebarkan kebohongan, Revy pilih untuk mewarnai media sosial dan website dengan berbagi konten positif, yaitu Kabar Baik, tentang kasih karunia Tuhan Yesus kepada dunia.
Revy memang tepat bila digambarkan sebagai anak muda yang penuh semangat namun sederhana. Ia mengerjakan setiap tanggung jawab pelayanannya dengan sungguh-sungguh. Impiannya yaitu setiap hal yang sudah dilakukannya mulai dari membangun website, menulis buku dan penulisan konten di media sosial dapat terus berkembang dan menghadirkan berkat bagi banyak orang. Kesederhanaannya tersirat saat ia menjelaskan tujuan akhir dari pelayanannya. Revy hanya ingin menyelesaikan semua kesempatan yang sudah diberikan oleh Tuhan dengan hidup setia, dengan hati yang benar dan melakukan yang terbaik untuk setiap pekerjaan pelayanannya. “Finishing Well,” tuturnya. Setia sampai akhir. Bukankah itu yang diharapkan Tuhan dari kita?
Perlando Pandjaitan