Seminar Pembaruan Alkitab Terjemahan Baru 2 (TB2) telah menjadi bagian dari rangkaian acara Pekan Alkitab sepanjang tahun 2023-2024. Seminar ini dilaksanakan sebagai bangian dari komitmen Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk terus melakukan sosialisasi atau penjemaatan Alkitab TB2 bagi umat kristen di Indonesia.
Kali ini seminar diadakan di Biak, setelah ibadah pembukaan Pekan Alkitab. Sebanyak 199 peserta mendaftarkan diri mengikuti kegiatan ini, dan lebih dari 20 orang yang belum sempat mendaftar ikut hadir untuk mengikuti seminar yang dibawalan oleh oleh Bapak Hortensio F. Mandaru, SSL., tentang Pembaruan Alkitab TB2. Seminar berlangsung dengan lancar hingga akhir acara.
Bagi sebagian masyarakat Biak, sosialisasi ini sangat penting mengingat banyaknya umat Kristiani yang tinggal di wilayah ini. Beberapa peserta yang hadir merupakan pemimpin jemaat, termasuk pendeta, penatua, ketua pemuda, dan pimpinan Sinode setempat. Hal ini mengindikasikan bahwa publikasi kegiatan ini telah dilakukan dengan tepat oleh panitia lokal Pekan Alkitab Biak.
Dalam kesempatan ini, Bapak Hortensio menjelaskan pentingnya ketepatan, kewajaran, dan keberterimaan yang menjadi pertimbangan dalam proses penerjemahan Alkitab. Beliau menambahkan bahwa perkembangan ilmu bahasa juga sangat memengaruhi Alkitab Terjemahan Baru 2.
Peserta yang mendengarkan seminar terlihat antusias, bahkan tercatat 12 orang mengajukan pertanyaan saat sesi diskusi. Diantara pertanyaan-pertanyaan tersebut ada satu yang menarik, yaitu pertanyaan yang terkait isu lingkungan, mengingat Alkitab dicetak menggunakan kertas. Lukas Norman Kbarek, anggota PAM dari jemaat GKI Rehobot Fandoi Biak, bertanya, “Bagaimana dengan Alkitab yang sudah dicetak sebelumnya, seperti Terjemahan Baru 1? Apakah bisa dikembalikan ke LAI untuk ditukar dengan TB2? Atau bagaimana?” Bapak Hortensio menjelaskan bahwa Alkitab TB tidak akan dicetak lagi karena sudah ada TB2. Ibu Melvy Alfons, Kepala Kantor Perwakilan LAI Tanah Papua, menambahkan bahwa Alkitab TB yang sudah ada sebaiknya tetap disimpan untuk dibaca sebagai perbandingan. Pernyataan ini tentu mendapatkan dukungan dari Bp. Hortensio selaku penerjemah LAI.
Ada pula pertanyaan cukup unik dilontarkan oleh seorang penatua dari jemaat IS KIJNE Samofa Biak bernama Bpk. Sundur Ompusunggu. Ia menanyakan kepada Bp. Hortensio mengenai istilah 'sela' dalam Alkitab. Setelah menyampaikan pertanyaan tersebut, ia menghela napas dan menambahkan, “Kalau bisa, harga Alkitab ini lebih murah, karena kami ini sulit membelinya sebagai kaum Ekolem! Ya, Ekolem itu singkatan dari Ekonomi Lemah.” Pernyataan ini membuat peserta lain tertawa karena terkejut mendengar istilah “Ekolem.” Sebenarnya, Bp. Penatua ingin menekankan bahwa beberapa orang di gerejanya tidak memiliki cukup uang untuk membeli Alkitab yang di wilayah Papua harganya cukup mahal.
Setelah semua pertanyaan terjawab, diskusi yang seru dan tertib ini akhirnya ditutup dengan rasa syukur. Seluruh peserta merasa puas, tetapi masih penasaran untuk mendengar pemaparan lainnya yang belum sempat disampaikan karena keterbatasan waktu.
(HY)