Pernahkah anda melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman? Pulang kampung kerap ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Karena itu tidak sedikit yang membuat persiapan jauh-jauh hari sebelumnya, misalnya dengan mengajukan cuti bagi mereka yang sedang bekerja, memesan tiket perjalanan, membeli beberapa oleh-oleh atau membeli beberapa pakaian baru supaya tampil lebih menarik dan tidak malu-maluin dihadapan teman atau sanak keluarga di kampung. Mendekati hari H, fokus untuk persiapan berangkat lebih meningkat, barang-barang dicek kembali satu persatu jangan sampai ketinggalan. Demikian juga dengan rumah yang akan ditinggalkan, semuanya dicek dan dipastikan aman selama bepergian. Semangat pulang kampung membuat kita berusaha mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik dan sesempurna mungkin.
Dalam ayat bacaan hari ini, Ezra sedang bertugas memimpin bangsa Israel mempersiapkan diri pulang ke kampung halaman mereka di Yerusalem. Setelah sekian lama berada di Babel sebagai orang buangan, ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh bangsa tersebut. Perjalanan pulang kampung ini tidak hanya terdiri dari satu atau dua orang, namun puluhan bahkan ratusan keluarga dari berbagai suku Israel. Mereka pulang ke Yerusalem dan tidak kembali lagi ke Babel. Kita dapat membayangkan bahwa persiapan yang mereka lakukan tentu lebih besar dibandingkan perjalanan pulang kampung biasa apalagi perjalanan yang mereka tempuh cukup panjang sampai berhari-hari lamanya. Dan ditengah-tengah fokus mereka pada persiapan pulang kampung tersebut, Ezra menyadari bahwa ada satu hal penting yang mereka lupakan yakni, tidak ada seorangpun suku Lewi yang ikut pulang bersama mereka. Itu artinya, mereka tidak dapat melaksanakan ibadah kepada Tuhan karena suku Lewi memegang peranan penting saat proses ibadah umat Israel waktu itu.
Sahabat Alkitab, kadang kala kita diperhadapkan dengan situasi seperti yang dialami oleh umat Israel ini. Kita kerap lebih fokus pada hal-hal yang menurut kita sangat penting misalnya pekerjaan, keluarga, hobi dan hal-hal lainnya sehingga energi, pikiran bahkan waktu kita terkuras banyak untuk mempersiapkan hal-hal tersebut sampai akhirnya ibadah menjadi prioritas kesekian dan mudah terlupakan. Dari sekian banyak waktu yang Tuhan berikan, mari jujur dalam hati masing-masing, seberapa banyak waktu yang telah kita berikan untuk DIA? Dari sekian banyak hal yang perlu kita pikirkan, seberapa sering kita memikirkan tentang DIA? Dari sekian banyaknya rutinitas yang kita lakukan, adakah didalamnya rutinitas yang dikhususkan bersama DIA? Sambil merenungkan hal ini, ingatlah bahwa setiap hal yang kita miliki dan kita nikmati adalah pemberian-Nya. Jangan sampai kita sibuk menikmati berkat sehingga lupa kepada si Pemberi berkat itu sendiri.