Ayat yang kita baca hari ini adalah perumpamaan tentang dua orang/pihak yang sangat kontradiktif. Orang Farisi secara kasat mata menggambarkan diri sebagai orang yang benar, taat melakukan hukum Tuhan, rajin melakukan ibadah dan pelayanan, walau sesungguhnya mereka hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan. Bagi orang Yahudi kelompok ini sangat dihormati karena dipandang sebagai orang-orang saleh dan taat menjalankan kewajiban agama dengan sangat ketat. Bahkan mereka adalah kelompok yang dikategorikan layak di hadapan Tuhan.
Pemungut cukai menggambarkan diri sebagai orang yang sangat berdosa. Bagi masyarakat Yahudi, pemungut cukai adalah orang yang sangat dibenci karena dianggap sebagai kaki tangan pemerintah yang memeras bangsanya sendiri bahkan suka menyelewengkan uang pajak. Bagi orang Yahudi kelompok pemungut cukai dikategorikan sebagai orang yang sangat berdosa, najis dan tidak layak beribadah di bait Allah.
Sahabat Alkitab, narasi si atas mengajarkan kita untuk tidak sombong dan menganggap diri benar di hadapan Tuhan. Banyak orang yang merasa ketika sudah melakukan banyak hal yang baik merasa bahwa dirinya akan dibenarkan oleh Tuhan lalu merasa wajar untuk berkata sombong dan merendahkan yang lain. Kalau kita perhatikan memang isi doa orang Farisi tidak ada yang salah, namun masalahnya adalah sikap atau karakter yang ditunjukkannya.
Orang Farisi memandang rendah orang lain yang tidak sama dengan dirinya. Apakah ini karakter yang baik?
Sadar atau tidak hingga saat ini pun banyak dari antara kita yang bertindak sama seperti orang Farisi, angkuh dan dan tidak menghargai orang lain. Baiklah kita pun belajar dari perumpamaan di atas dan bertanya pada diri sendiri, apakah aku layak dan benar di hadapan Tuhan? Allah adalah pribadi yang mengenal setiap kedalaman hati manusia. Dia tahu motivasi kita ketika sedang berdoa dan beribadah. Mari tunjukkan sikap hati yang benar saat kita menghampiri Tuhan dalam setiap doa kita, maka kita akan dibenarkan oleh-Nya.
Salam Alkitab untuk Semua