Dalam iman Kristen kita memahami bahwa antara Allah dan Manusia telah dimeteraikan perjanjian yang kudus. Allah mengikut perjanjian itu dengan Bapa-bapa leluhur Israel yang menyatakan bahwa Allah akan menjadi Tuhan bagi seluruh keturunan Israel, dan bangsa itu menjadi umat-Nya yang harus senantiasa beribadah dan menyembah Allah. Maka dari itu dalam Perjanjian Lama diatur tata cara beribadah. Mulai dari kemah Suci saat perjalanan menuju tanah terjanji hingga kepada Bait Allah. Namun, tetap saja dalam tata cara beribadah itu ada keterbatasan umat dalam menjangkau Allah. Jarak itu perlahan-lahan dijembatani dalam diri Yesus Kristus.
Teks Ibrani 9:1-7 menceritakan tentang tata cara ibadah sebagaimana dimuat dalam perjanjian lama. Kemah Suci menjadi tempat umat Israel beribadah kepada Allah. Tempat itu dibagi menjadi dua bagian: Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus. Para imam melayani di Tempat Kudus secara rutin, tetapi hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke Tempat Mahakudus setahun sekali pada Hari Pendamaian. Ia membawa darah persembahan untuk menebus dosa umat dan dirinya sendiri. Tata cara tersebut menunjukkan keterbatasan manusia untuk mendekati Allah yang kudus.
Kemah Suci dan persembahan darah kurban menjadi simbol kebutuhan manusia akan penebusan dosa. Namun ternyata hal tersebut hanyalah bayangan dari karya Kristus yang akan datang. Dalam perjanjian baru, Kristus menjadi Imam Besar yang sempurna. Ia masuk ke Tempat Mahakudus surgawi, bukan dengan darah hewan, tetapi dengan darah-Nya sendiri. Penebusan yang dilakukan-Nya bersifat kekal, membawa kita kepada hubungan yang sejati dengan Allah. Jika kita mengingat peristiwa setelah kematian-Nya maka gambaran tabir Bait Allah yang terbelah itu menjadi pengingat yang kuat akan Yesus yang menjadi pengantara sekaligus jalan pemulihan hubungan yang kekal dengan Sang Bapa. Akibatnya di masa kini sesungguhnya setiap ibadah yang kita lakukan seharusnya membawa kita lebih dekat dengan-Nya karena pembenaran Sang Kristus kita dapat menghampiri Allah secara langsung dalam laku spiritual yang dijalani.
Sahabat Alkitab, hari ini kita diingatkan kembali tentang besarnya kasih karunia yang Allah berikan dalam Tuhan Yesus Kristus. Salah satu caranya adalah dengan menghargai serta menghayati dengan sungguh setiap ibadah dan doa yang kita panjatkan kepada-Nya. Dalam darah Kristus, segala ritual tersebut menjadi cara yang utuh untuk membangun relasi dengan-Nya. Kita dapat menghampiri dan menyapa Allah karena pembenaran-Nya. Meskipun demikian kita tetap perlu menjaga kekudusan hidup. Datang kepada Tuhan dengan hati yang bersih dan penuh rasa hormat serta syukur. Itulah landasan relasi kita dengan Allah yang diteguhkan dalam karya penebusan Kristus.