‘pertobatan’ adalah sebuah kata yang pasti sudah akrab pada diri setiap individu beriman. Namun, hal ini bukan berarti memberikan jaminan bahwa setiap orang beriman pasti memahami makna dan esensi dari kata ‘pertobatan’. Bahkan, sangat mungkin kata ‘pertobatan’ menjadi sesuatu yang dianggap remeh hingga semakin kehilangan nilai utamanya. Padahal, pertobatan menjadi langkah konkret yang begitu berdampak pada diri setiap orang beriman yang melakukannya. Artinya, pertobatan semestinya menjadi perilaku iman yang selalu menghasilkan perubahan nyata. Lalu, apa itu pertobatan?
Pada bacaan ini kita dipersaksikan pada tindakan Yohanes Pembaptis yang menyerukan berita pertobatan bagi seluruh umat Tuhan yang ada di Yudea pada masa itu. Hal ini menjadi penggenapan atas seruan kenabian Yesaya seperti yang juga sudah dikutip oleh penulis injil Lukas bahwa “…persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya…dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” Semua pernyataan Yesaya ini dirujuk oleh penulis injil Lukas untuk menegaska nilai dari perilaku Yohanes Pembaptis yang berseru, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Inilah pertobatan yang dibutuhkan oleh seluruh umat.
Setiap umat Tuhan perlu memahami bahwa pertobatan adalah komitmen untuk mengupayakan perubahan diri sesuaui dengan kehendak Tuhan. Hal ini merupakan tindakan konkret yang perlu dilakukan secara tulus dan penuh keteguhan, bukan sebagai sebuah formalitas. Pertobatan menjadi upaya dari umat beriman untuk meluruskan hati dari segala kelokan yang mengalihkan dirinya dari Tuhan. Pertobatan menjadi upaya nyata dari uamt untuk meratakan hidupnya dari segala lekukan yang menghambat laju pertumbuhan iman di dalam Tuhan. Pertobatan adalah bentuk nyata dari manusia yang siap menyambut kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Jadi, upayakanlah pertobatan dan alamilah kehadiran Tuhan secara nyata.