Kesetian Seorang Hana

Renungan Harian | 24 Januari 2021

Kesetian Seorang Hana

Setia itu bukan hanya dalam hal tindakan atau perilaku, tetapi juga dalam pikiran dan perasaan. Begitulah ungkapan yang sering kita dengar dari banyak orang. Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang nabiah (nabi perempuan) yang bernama Hana. Saat Yesus lahir, usia Hana sudah sangat tua, yaitu 84 tahun (ay. 36a & 37a). Alkitab menceritakan sedikit tentang latar belakang Hana. Ia menikah selama tujuh tahun sebelum suaminya dipanggil Tuhan dan ia menjadi seorang janda. Alkitab memang tidak mengatakan apakah setelah ditinggal suaminya kemudian Hana menikah kembali atau tidak. Tetapi melihat sikap Hana yang ketika menjadi nabi, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah (ay. 37b), maka boleh dikatakan kemungkinan besar (bahkan hampir pasti) kesetiaannya dalam pelayanan juga mencerminkan kesetiaan dalam aspek kehidupan lainnya yaitu untuk tetap menjanda setelah suaminya meninggal.

Hana mengisi waktu jandanya dengan beribadah kepada Tuhan. Ia berpuasa dan berdoa siang dan malam (ay. 37b). Jika diperkirakan usia Hana saat menikah adalah sekitar 25 s.d. 28 tahun, maka ia menjanda sekitar 32 s.d. 35 tahun. Pada saat Yesus lahir, Hana telah menjadi nabi dan melayani di Bait Allah selama sekitar 50 tahun. Ia tidak menyesal dengan kehidupannya sebagai seorang janda, tetapi justru ia memanfaatkan masa jandanya untuk melayani Tuhan dengan sepenuh waktu (full time). Dan sebagai akibat dari kesetiaannya melayani Tuhan, Hana diberikan kesempatan untuk melihat bayi Yesus, yang adalah Anak Allah sendiri yang turun ke dalam dunia. Saya rasa, Hana pasti sangat bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan akan kesempatan yang diterimanya untuk melihat sang Mesias (ay. 38a). Hana pun akhirnya menyampaikan kepada orang-orang bahwa Anak inilah yang nantinya akan membawa kelepasan bagi Yerusalem, Israel, dan bahkan seluruh dunia (ay. 38b).

Bagaimana dengan kita? Sanggupkah kita meneladani apa yang diperbuat Hana? Mungkin masih ada di antara kita yang masih belum menikah, atau masih belum memiliki pacar, atau mungkin ada yang sudah menjadi janda/duda. Saran saya, manfaatkan waktu lajang kita semaksimal mungkin. Ada maksud Tuhan ketika Ia belum memberikan pasangan hidup kepada kita, yaitu agar kita dapat melayani Tuhan dengan waktu yang lebih longgar. Saya sendiri merasakan bahwa masa-masa lajang adalah kesempatan emas untuk melayani di ladang Tuhan. Bukan berarti ketika kita menikah kemudian kita tidak melayani Tuhan lagi, tetapi jika kita telah menikah, maka waktu kita akan tersita oleh keluarga kita, suami atau isteri kita, serta anak-anak kita.

Saya rindu kita semua bisa belajar dari Hana yang tetap setia, bukan saja dalam hal pernikahan, tetapi juga dalam hal pelayanan. Orang-orang seperti Hana inilah yang Tuhan sedang cari di zaman ini, ketika kesetiaan menjadi hal yang mahal dan sulit dicari. Maukah kita belajar untuk hidup setia dalam hal apapun? Karena saya yakin ada upah yang besar atas kesetiaan kita tersebut. amin

Salam Alkitab Untuk Semua

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia