Daud semakin bertambah usia dan hal ini membuat Adonia, anaknya mengambil inisiatif untuk mengadakan pesta perjamuan dan memperkenalkan diri sebagai pengganti raja Daud. Tindakan ini dilakukan karena ia merasa percaya diri akan ditunjuk menjadi raja menggantikan ayahnya. Kepercayaan diri ini bisa dimaklumi mengingat tinggal dialah anak tertua raja Daud. Selain itu Alkitab juga menggambarkan Adonia sebagai sosok yang memiliki perawakan gagah. Menurut gambaran umum masyarakat masa itu sosok Adonia nampak menjadi kriteria ideal untuk menduduki tahta kerajaan. Mungkin ini juga yang membuat Yoab dan  Imam Abyatar tanpa ragu mendukung Adonai sebagai penerus raja Daud. Sayangnya harapan Adonia akan segera kandas. Rupanya Daud pernah berjanji kepada Batsyeba bahwa yang akan menggantikan tahtanya adalah Salomo. Nabi Natan mengingatkan Batsyeba tentang janji ini dan mendukungnya agar segera menyampaikan kepada raja Daud. Daud menerima permintaan tersebut dan  memerintahkan agar nabi Natan dan Benaya bin Yoyada selaku imam Zadok mengurapi Salomo untuk meneruskan tahtanya, menjadi raja atas Israel dan Yehuda. 

Salah satu hal menarik yang terdapat pada teks ini adalah tentang respon Daud ketika menerima laporan dari Batsyeba dan nabi Natan tentang apa yang telah dilakukan oleh Adonia. Tidak diceritakan ia marah karena sikap Adonia yang tergolong lancang, karena memperkenalkan diri sebagai penerus tahta tanpa sepengetahuan ayahnya. Padahal tindakan ini bisa dianggap sebagai konspirasi terhadap raja. Namun Daud merespon dengan bijak, ia fokus pada janjinya, bahwa yang akan menggantikannya adalah Salomo, anaknya dengan Batsyeba. 

Sahabat Alkitab, banyak orang merasa sulit untuk menepati janji. Bahkan ada pihak-pihak yang sengaja mengingkari janji jika dilihatnya janji tersebut tidak menguntungkan baginya. Maka kiranya hari ini kita dapat belajar dari Daud, menjadi orang yang berintegritas dengan menepati janji yang dibuat kepada orang lain.  Meskipun terkadang sulit rasanya untuk menepati janji yang kita buat.