Pakaian sebagai penegasan identitas ternyata tidak hanya menjadi bagian dari kebudayaan hidup masyarakat modern, melainkan juga sudah muncul sejak ribuan tahun lalu. Secara khusus, bangsa Israel sudah menggunakan pakaian untuk menguatkan identitasnya sebagai umat TUHAN. Hal ini tergambar secara jelas melalui pakaian imam yang mengangkut nama-nama kedua belas suku Israel. Tindakan ini sesuai dengan perintah dari TUHAN seperti yang tergambar dalam Keluaran 28:1-43.
Penulisan atau pengukiran nama tiap suku Israel pada setiap batu berharga menjadi simbolisasi dari tanggung jawab yang diemban oleh seorang imam untuk ‘mewakili’ seluruh bangsa Israel di hadapan TUHAN. Melalui kehadiran instrument tutup dada yang berisikan nama-nama suku Israel itulah seorang imam yang mengenakanya perlu menyadari segala tugas dan tanggung jawab yang ia emban. Sang imam perlu memahami bahwa segala tindakan yang ia kerjakan, secara khusus pada saat ia menggunakan baju tersebut untuk melakukan ritus, sesungguhnya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk setiap umat Israel. Secara filosofis dan teologis, nilai ini pula yang menjadi bagian dari esensi peran seorang imam (besar) di tengah kebudayaan orang Israel. Pakaian hanya menjadi simbolisasi dari nilai tersebut yang idealnya ditujukan untuk merayakan nilai tersebut, bukan untuk menjadi ‘haus kehormatan’.
Sahabat Alkitab, pada zaman sekarang kita mungkin sudah tidak lagi melakukan praktek penggunaan baju seperti para imam di masa lalu. Namun, banyak orang Kristen yang senang menggunakan berbagai pernak-pernik untuk menjadi simbol dari keimanannya kepada TUHAN. Hal ini tentu tidak mutlak salah. Namun, kita perlu mengingat bahwa segala instrument pakaian bukanlah nilai utama yang ingin ditekankan dari hidup seorang umat Tuhan, selain kualitas diri dalam mewujudkan nilai-nilai kebenaran firman-Nya. Apalah gunanya seseorang mengalungkan salib di lehernya, namun ia justru bersikap angkuh dan tak acuh pada sesama. Apalah gunanya seseorang menggunakan baju bertuliskan ayat-ayat Alkitab, namun ia justru menampilkan sikap hidup yang bertolak belakang dari nilai-nilai kebenaran firman TUHAN.
