Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua jenis tanggung jawab sesuai profesi yang digeluti, nampaknya kita perlu mengakui bahwa terdapat beberapa jenis lingkup profesi yang menuntut kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan. Lingkup pekerjaan yang seperti ini biasanya diiringi dengan tingkat bahaya yang juga tinggi, meski ada juga pekerjaan yang terkesan tidak berbahaya mengancam nyawa namun memiliki dampak yang massif. Oleh sebab itu, setiap orang yang memiliki tanggung jawab profesi yang demikian tidak boleh plin-plan dalam menjalankan perannya.
Di dalam kerangka hidup beriman, kita pun memiliki tuntutan untuk berprinsip teguh dalam menjalani seluruh proses kehidupan. Pada Amsal 10:27-32 ini misalnya, kita diperhadapkan dengan wejangan yang menjunjung tinggi komitmen dan prinsip untuk menjalani hidup yang selaras dengan firman TUHAN. Mulai dari proses menjunjung cita-cita atau tujuan hidup yang ingin kita capai di masa mendatang hingga proses menghadapi setiap kenyataan hidup yang begitu sulit untuk diterima. Kita diajarkan untuk melakukan semua hal tersebut sebagai bentuk laku iman kepada TUHAN. Artinya, setiap langkah hidup menuju masa depan merupakan bagian dari proses pengharapan kita di dalam TUHAN dan setiap momen menghadapi pergumulan menjadi bagian dari pembentukan iman yang nyata bersama-Nya.
Sahabat Alkitab, teks bacaan Amsal hari ini sudah dengan sangat tegas mengajarkan kepada kita perihal masa depan yang nyata bagi setiap umat percaya hanyalah berasal dari TUHAN. Masa depan yang penuh pengharapan itu adalah bagian dari janji yang TUHAN sudah sediakan bagi setiap umat-Nya, yakni setiap mereka yang bersedia membangun sikap hidup yang takut akan Dia. Takut akan TUHAN bukanlah karena paksaan, melainkan sebagai sebuah kesediaan untuk memberi diri sepenuhnya menjalani hidup selaras dengan firman-Nya.