Di dalam Daniel 1:7-17 kita melihat bagaimana sikap Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang mempertahankan prinsip dan jati diri di dalam Allah justru menghantarkan mereka kepada awal mula keberhasilan hidup dalam pekerjaan yang baru. Mengapa demikian? Pertama, Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, Abednego sedang mempertahankan pemahaman iman dan tradisi Yudaisme yang melarang mengkonsumsi beberapa makanan tertentu sebagai bagian dari bakti kepada Allah. Hal ini dapat kita temukan misalnya di dalam Imamat 11. Kemungkinan besar hal inilah yang membuat mereka melakukan negosiasi perihal makanan dengan penjenang pada saat itu. Kedua, negosiasi makanan yang terjadi dalam ayat 12 sampai 15 sekaligus menunjukkan bahwa keempat pemuda ini masih mengingat jati diri mereka sebagai umat Allah. Mereka masih mengingat hukum, pemahaman dan praktik keimanan kepada Allah berdasarkan tradisi bangsa Israel, identitas asal mereka. Berdasarkan kedua hal ini, Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, Abednego menampilkan sikap yang sangat berprinsip dengan landasan iman dan perkenanan Tuhan.
Secara umum, keempat pemuda ini mungkin mendapatkan keberuntungan dengan menjadi calon pegawai-pegawai kerajaan. Mereka bisa hidup di tempat yang mewah dengan fasilitas dan makanan yang sangat jauh lebih baik dari saudara sebangsa yang harus bertahan hidup dalam pembuangan. Namun, sikap perihal makanan menjadi bukti prinsip yang teguh dalam sikap takut akan Tuhan. Mereka tidak lupa diri di tengah segala kenikmatan tersebut. justru, mereka tetap mengingat jati diri dan iman kepada Allah.
Sahabat Alkitab, prinsip merupakan salah satu aspek penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan agar tidak mudah terombang-ambing di tengah beragam pilihan maupun situasi-kondisi yang tak menentu. Kiranya sikap Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menjadi inspirasi serta motivasi untuk memiliki prinsip hidup yang berlandaskan keimanan kepada Allah. Hal ini sangat dibutuhkan agar kita tidak mudah melupakan jati diri beriman dan Allah itu sendiri. Jangan biarkan peluang yang seolah terkesan baik atau kenikmatan hidup apa pun menjadi perangkap iman kita kepada Allah. Selamat menjalani hari dalam prinsip yang berkenan kepada Allah, Sang Sumber Kehidupan.