Pada perikop ini kita melihat berbagai kuasa yang Yesus tampilkan di hadapan publik, mulai dari menyembuhkan seorang yang lumpuh tangannya, menyembuhkan banyak orang, mengusir setan hingga pengutusan murid-murid. Berdasarkan rangkaian ayat 1-19 ini pula, kita dapat melihat bagaimana kuasa Yesus menjadi hal yang disebarluaskan. Secara khusus pada ayat 3 Yesus melakukan sebuah tindakan yang menegur banyak orang Yahudi waktu itu, yakni ketika Ia meminta orang lumpuh tangan untuk berdiri di tengah. Tindakan ini bukanlah untuk menjadikan orang tersebut sebagai alat peraga untuk mempertonotnkan kuasa yang Ia miliki, melainkan menjadi sebuah teguran bagi orang-orang yang ada di dalam rumah ibadat saat itu.
Melalui sikap ini, Yesus ingin menyadarkan orang-orang di sana bahwa ada seorang sakit di antara mereka yang tidak terpelihara hidupnya, bahkan keberadaannya pun tidak disadari oleh mereka. Terlebih lagi, Yesus mengalami kekecewaan atas perilaku umat pada saat itu yang beribadah namun mulai kehilangan tanggung-jawab moral dan sosial. Pada ayat 5 dikatakan, “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”
Sahabat Alkitab, sikap Yesus yang menjadi teguran orang-orang beragama saat itu sesungguhnya juga perlu kita jadikan teguran di masa sekarang. Kita perlu mengevaluasi perihal kebiasaan keagamaan yang selama ini kita lakukan. Apakah kita terlalu nyaman untuk hidup secara eksklusif dalam gedung-gedung gereja dengan segala program internal di dalamnya hingga tanpa sadar sudah mulai mengalami kepudadan tanggung-jawab moral dan dosial dengan persoalan-persoalan yang terjadi di luar Gedung gereja? Jangan sampai kita terlena dengan kenikmatan yang hanya tertuju bagi komunitas kita sendiri dan tidak lagi mampu menyadari keberadaan orang-orang di sekitar yang membutuhkan perhatian dan respons kita secara nyata.
Salam Alkitab Untuk Semua