Sahabat Alkitab, apakah anda pernah merasa bangga atas pencapaian diri? Bagi orang yang sudah mendapatkan pencapaian-pencapaian dalam hidupnya, sangat mungkin ia merasa bangga atas usaha yang telah ia lakukan. Hal ini tentu bukan sesuatu yang buruk, bahkan cenderung sesuatu yang baik dan sehat bagi perkembangan psikenya sebagai seorang manusia. Namun, apabila perasaan bangga atas diri tidak dapat dikendalikan, maka berpotensi menjadi hal yang destruktif bagi diri sendiri. Kebanggaan yang berlebihan atas diri sendiri dapat mengarahkan kita pada sikap pongah, sekalipun di hadapan Allah.
Tindakan Nebukadnezar pada perikop ini memang dapat dilihat sebagai sebuah propaganda untuk memudahkannya menguasai rakyat kerajaan Babel. Semua harus menyembah kepada satu dewa dan patung yang ia buat. Namun, pada sisi lain tindakan itu pun dapat menjadi contoh kepongahan akibat sikap terlalu bangga terhadap diri sendiri. Pada perikop sebelumnya kita melihat sikap Nebukadnezar yang mengakui keagungan Allah, namun sekarang kita justru melihat kepongahannya di hadapan Allah itu sendiri. Patung emas Nebukadnezar adalah simbol kepongahannya yang terlalu merasa besar dan berhasil. Melalui patung itu juga Nebukadnezar ingin memberikan kesan bahwa tidak ada pihak lain yang mampu melebihi keagungan dan kebesaran yang ia miliki.
Sahabat Alkitab, kita perlu mawas diri di tengah segala pencapaian yang kita dapatkan. Perasaan bangga tentulah sesuatu yang wajar dimiliki oleh seseorang pada saat mendapatkan pencapaian dalam hidupnya, namun jangan sampai kita terlena hingga berubah sikap menjadi angkuh. Jangan biarkan pencapaian hidup justru kita jadikan simbol kepongahan di hadapan orang lain, apalagi Allah. Justru, pencapaian diri semestinya kita jadikan bentuk kesaksian tentang penyertaan dan kebesaran Allah dalam kehidupan kita.