Terdapat dua poin menarik dalam perikop ini, yaitu: pertama, kebaikan Daud mengalahkan kejahatan Saul; kedua, kebaikan Daud mengubahkan priabdi Saul. Berdasarkan keduanya, kita mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa kebaikan membawa perubahan.
Kita dapat melihat perubahan yang radikal pada diri Saul pada saat ia menyadari bahwa suara yang menyapa itu adalah Daud. Muncul sentuhan emosional di dalam diri Saul dengan segala kenangan yang intim antara dirinya dengan Daud. Itulah sebabnya, pada ayat 17 Saul merespons Daud dengan berkata, “Suaramukah itu, ya anakku Daud?” Saul tidak menghadapi Daud dengan benci dan marah, melainkan dengan lantunan kalimat penuh kenangan yang kuat dalam relasi ayah-anak.
Kemudian, kita juga melihat perubahan perspektif Saul terhadap Daud. Sapaan dan ungkapan hati dari Daud kepada Saul telah menyentuh emosi dan spiritualitas Saul sehingga ia menyadari bahwa segala yang ia lakukan selama ini adalah jahat di hadapan TUHAN. Di dalam penyesalan dan kesadaran atas dosanya, Saul berkata, “Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu… TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini.”
Sahabat Alkitab, pertemuan Daud dan Saul telah menjadi sebuah bukti kuasa yang ada di dalam kebaikan. Kita sudah mengikuti perjalanan Daud yang berupaya untuk melepaskan dirinya dari kebencian dan upaya pembunuhan dari Saul. Daud sudah cukup lama hidup dalam ketakutan dan kecemasan melalui pelariannya menjauhi Saul. Namun, pada satu momen kehidupan yang mempertemukan keduanya, Daud memilih untuk menunjukkan kebaikan sebagai balasan atas kejahatan yang ia dapatkan dari Saul.
Kebaikan selalu memiliki kuasa yang mampu mengalahkan kejahatan. Prosesnya memang tidak singkat, tidak instan dan cenderung melelahkan. Namun, TUHAN menyertai setiap umat yang selalu teguh mengupayakan kebaikan mengalahkan kejahatan.
AMIN