Dipenghujung mazmurnya ini, pemazmur mengungkapkan kebenciannya terhadap orang-orang yang fasik. Ia meminta agar Allah mematikan saja mereka yang membenci Allah yang berkata dusa dan yang melawan-Nya. Bagi pemazmur, musuh Allah adalah musuhnya juga. Namun pada dua bait penutup, pemazmur justru meminta kepada Allah agar menyelidiki dirinya, hatinya dan pikirannya, jika Allah mendapati jalanya serong, ia meminta agar Allah kembali menuntunnya ke jalan yang benar. Di sinilah pemazmur juga menyadari bahwa ia sekalipun begitu merindukan Allah dalam hidupnya, mengagumi akan pribadi Allah yang telah menciptakan dan membentuknya, merasakan pemeliharaan dan perlindungannya, tetaplah ia seorang manusia yang tidak sempurna dan berpotensi melakukan kasalahan di dalam hati dan pikiran, dan dalam seluruh kehidupannya.
Sahabat Alkitab, dalam Mazmur 139 terlihat sekali bahwa pemazmur memiliki kesadaran yang tinggi akan keagungan Allah dan kelemahan manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam kekagumannya kepada Allah, pemazmur tidak henti memuji-muji Allah. Dalam kejujurannya melihat dirinya sendiri, tidak hentinya ia meminta Allah mengoreksi dan membimbing dirinya. Penyembah yang jujur inilah yang seharusnya juga ada di dalam diri kita. Jujur melihat Allah juga jujur melihat diri sendiri, sehingga kita tidak jatuh ke dalam kesombongan rohani, dan tidak jatuh juga dalam keterpurukan rohani. Setiap kita, seberapa pun kita merasa begitu dekat dengan Allah, merasa begitu rohani, begitu suci, begitu baik, kita tetaplah manusia yang selalu berpotensi untuk lemah dan jatuh ke dalam dosa. Setiap orang memiliki "duri dalam daging" atau titik gelap yang membuatnya harus selalu bergantung pada Allah, selalu mengoreksi dan mawas diri, selalu berjaga-jaga, agar tidak terjatuh dan selalu memohon bimbingan dari Allah.
Marilah kita selalu hidup jujur tehadap diri sendiri di hadapan Allah, sambil meminta Allah menjaga hidup kita.
Salam Alkitab Untuk Semua