Terdapat dua hal menarik yang menjadi perhatian utama dalam bacaan kali ini, yakni: Pertama, pada saat Daniel menerjemahkan mimpi Nebukadnezar, ia tidak sekadar melakukan tugas namun juga menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tindakannya tersebut telah mendatangkan keselamatan bagi nyawa setiap orang bijaksana di kerajaan Babel seperti yang muncul pada ayat 24. Kedua, tindakan Daniel juga menjadi sebuah kesaksian iman tentang kuasa Allah seperti yang diceritakan pada ayat 28-30. Ia tidak sekadar menerjemahkan mimpi, melainkan juga mempersaksikan bahwa semua itu merupakan bentuk kuasa Allah yang ditampilkan melalui potensi dirinya. Semua hal tersebut muncul secara bersamaan pada saat Daniel menggunakan potensi yang ia miliki, dalam hal ini adalah hikmat untuk menerjemahkan mimpi Nebukadnezar.
Sahabat Alkitab, segala potensi yang ada dalam diri tidak hanya berguna untuk diri kita secara eksklusif, tetapi juga dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain sekaligus sebagai kesaksian iman tentang peranan Allah dalam kehidupan. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut kita perlu terlebih dahulu membangun kesadaran bahwa potensi diri semestinya kita optimalkan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Artinya, kita perlu memiliki kesediaan untuk berdampak bagi mereka dengan menggunakan segala kemampuan yang telah Allah karuniakan dalam hidup ini. Melalui sikap demikian, kita juga sudah menggunakan potensi diri sebagai bentuk kesaksian iman kepada orang. Secara khusus, kita mempersaksikan bahwa potensi yang Allah karuniakan merupakan salah satu bentuk pemeliharaan Allah bagi kita.
Marilah kita berefleksi dengan dua pertanyaan panduan, yaitu: Apakah saya sudah menggunakan potensi/talenta/kemampuan dengan optimal? Dan, Apakah potensi itu sudah menjadi berkat bagi orang lain? Selamat menggunakan potensi diri untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain sekaligus sebagai sebuah bentuk kesaksian iman tentang peranan Allah dalam kehidupan kita.