Pada saat kita berjalan di tengah kabut yang begitu pekat, terdapat beberapa kemungkinan respons yang akan kita lakukan: pertama, kita mengalami ketakutan hingga memilih menghentikan perjalanan; kedua, kita berusaha mencari pijakan yang tepat agar tidak tersandung atau terbentur; ketiga, kita berjalan secara perlahan sembari meraba kondisi sekitar. Respons-respons itu muncul karena kabut menghalangi pandangan dan menjadikan perjalanan sebagai misteri yang menakutkan. Pilihan pun berada pada diri masing-masing kita untuk mmenghadapi perjalanan dalam kabut tersebut.
Kondisi di atas kurang lebih dialami oleh bangsa Israel ketika berada di Masa dan Meriba. Perjalanan yang telah mereka alami bersama TUHAN untuk beberapa waktu lamanya ternyata tidak cukup untuk menjadi bukti kehadiran dan perhatian dari TUHAN bagi mereka. Bangsa Israel sangat mudah untuk melupakan setiap pertolongan TUHAN hanya karena ada masalah tertentu yang muncul dalam kehidupan. Salah satunya adalah persoalan air.
Krisis kebutuhan pokok, seperti makanan dan minuman, bukanlah tema baru dalam perjalanan hidup bangsa Israel. TUHAN pun sudah berulang kali memberikan pertolongan yang membuktikan bahwa kehidupan mereka akan selalu berlangsung dalam penyertaan TUHAN. Sayangnya, mereka sangat mudah untuk melupakan setiap pertolongan tersebut ketika menemui masalah-masalah lain yang sebenarnya tidaklah asing untuk mereka alami.
Sahabat Alkitab, pergumulan seringkali menjadi kabut pekat yang menghalangi pandangan iman dan ingatan kita akan pertolongan serta karya kehadiran TUHAN dalam hidup kita. Bahkan, tidak jarang masalah-masalah yang sudah pernah kita alami pada saat kita menemuinya di waktu lain dalam kehidupan ini pun akan mengalihkan ingatan kita dari pertolongan TUHAN. Oleh sebab itu, jangan pernah kita biarkan masalah menjaadi kabut yang menghalangi pandangan iman, ingatan dan relasi antara kita dengan TUHAN. Kita dapat melalui jalan pergumulan itu dengan tetap berharap dan percaya pada tuntunan kasih serta harapan dari Sang Penolong sejati.