Proses beriman kepada TUHAN tidak dapat dan tidak semestinya dijalankan secara tanggung. Pesan ini pun selalu muncul dalam beragam peraturan atau ketetapan yang TUHAN berikan kepada bangsa Israel melalui Musa, seperti yang tertera pada kitab Imamat. Salah satunya adalah pada pasal 20 ayat 1-7 yang mengajarkan umat Israel agar menjaga pikiran dan hati dari penyembahan selain kepada TUHAN.
Peringatan ini pun menjadi sesuatu yang sangat perlu diperhatikan oleh bangsa Israel, mengingat ruang lingkup hidup mereka yang akan berdampingan dengan bangsa-bangsa lain yang tidak menyembah TUHAN. Kemudian, ditambah dengan kecenderungan pembangkangan pada umat Israel juga dapat memperbesar kemungkinan mereka melakukan penyimpangan iman dari TUHAN. Terdapat berbagai konsekuensi yang tidak main-main bagi setiap orang Israel yang melakukan penyimpangan iman tersebut, entah mereka yang mempersembahkan kurban manusia maupun penyembahan kepada roh-roh. Di tengah larangan yang keras itu pun muncul sebuah penekanan tanggung jawab yang perlu mereka penuhi sebagai sebuah bangsa. Perkataan TUHAN pada ayat 4 menunjukkan bahwa perihal kekudusan beriman juga menjadi tanggung jawab komunal. Setiap orang di dalam komunitas umat TUHAN perlu saling terhubung dan bersedia untuk saling membangun iman.
Sahabat Alkitab, permenungan pada hari ini telah mengajarkan kepada kita bahwa menjaga kekudusan merupakan sebuah unsur hidup beriman yang perlu dipenuhi oleh setiap umat TUHAN. Kekudusan yang dimaksud sesuai dengan Imamat 20:1-7 ini pun menuntun kita untuk menjaga pikiran dan hati agar tidak menyimpang dari TUHAN. Hal ini perlu kita cermati dengan begitu serius mengingat akses untuk melakukan penyimpangan iman dari TUHAN menjadi jauh lebih mudah di masa sekarang. Bahkan, sangat mungkin bagi seorang umat TUHAN untuk melakukannya tanpa ia sadari. Oleh sebab itu, firman TUHAN pada hari ini juga menuntun kita untuk memiliki kepedulian iman atas orang lain meski kita juga perlu berhati-hati agar terhindar dari aksi penghakiman terhadap mereka.
