Peran seorang delegasi memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mewakili kelompok atau instansi yang direpresentasikannya. Itulah sebabnya, setiap delegasi perlu dibekali secara lengkap oleh pihak pemberi mandat. Termasuk, setiap delegasi juga perlu menyadari bahwa ia perlu memperlengkapi dirinya agar tidak secara asal menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai perwakilan. Ia perlu menyadari bahwa setiap kata dan sikapnya tidak lagi berlandaskan pada kepentingannya personal, melainkan menjadi wakil dari suara komunal yang lingkupnya lebih luas dari dirinya sendiri.
Konsep delegasi ini pun muncul dalam hidup setiap umat TUHAN. Pada pasal ini, umat Israel diingatkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menjadi kudus sebagai cerminan dari TUHAN yang adalah kudus. Artinya, terdapat peran dan kualitas diri yang bersumber dari TUHAN yang tidak dapat dicemari oleh berbagai hal hanya karena ketidakseriusan dalam menjaga nilai kudus tersebut. Secara sederhana, umat TUHAN merupakan ‘delegasi’ untuk menggaungkan kekudusan TUHAN di tengah lingkungan di mana pun mereka berada.
Perintah untuk mencerminkan kekudusan TUHAN itu pun muncul dalam berbagai aspek dan relasi umat TUHAN. Misalnya, umat Israel perlu membangun kehidupan relasional yang sepadan untuk mencerminkan nilai kekudusan seperti menghormati orang tua. Umat Israel juga diajar untuk memperlakukan segala bentuk ritus peribadahan sebagai momen-momen kudus di dalam TUHAN. Kemudian, umat Israel juga perlu menjalin relasi yang sepadan dengan lingkungan sebagai wujud pertanggung jawaban nilai kekudusan ciptaan TUHAN.
Sahabat Alkitab, perikop bacaan pada hari ini semestinya cukup membangun kesadaran pada diri setiap umat TUHAN bahwa kita perlu menjadi cerminan nilai kekudusan TUHAN dalam berbagai aspek kehidupan yang kita miliki.
