Setiap manusia tentu punya skala prioritasnya masing-masing yang akan menjadi batasan atau sudut pandangnya untuk menjalani kehidupan maupu mengambil keputusan. Ada orang yang lebih mementingkan keuangan, ada juga yang menganggap relasi di atas segalanya, beberapa lainnya mengincar status maupun pujian dari orang lain, dan berbagai hal lainnya. Setiap orang punya hak untuk menentukan skala prioritas hidupnya masing-masing. Meski pun setiap orang juga perlu mempertimbangkan apakah prioritasnya tersebut membawa dampak buruk bagi orang di sekitarnya atau tidak sehingga perjalanan kehidupannya tidak berubah menjadi destruktif bagi kondisi di sektiar.
Bagi Musa prioritas dalam hidupnya secara pribadi sekaligus bagi seluruh orang Israel adalah kehadiran TUHAN di tengah-tengah mereka. Hal ini berulang kali muncul dalam dialog yang terjadi antara ia dengan TUHAN, entah pada pasal sebelumnya maupun di dalam perikop ini. Pada ayat 9 misalnya, Musa berkata, “…berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami” yang kemudian dilanjutkan dengan kemungkinan buruk yang akan masih akan dilakukan oleh bangsa Israel. Berdasarkan cara pandang Musa, kehadiran TUHAN menjadi unsur utama yang paling diperlukan olehnya dan seluruh umat. Bahkan, sekalipun umat berbuat dosa kepada TUHAN, mereka tetap membutuhkan kehadiran TUHAN untuk mengubahkan serta memberikan tuntunan di tengah petualangan kehidupan.
Sahabat Alkitab, setiap kita, anda dan saya, tentu punya tujuan yang ingin dicapai. Setiap individu tentu punya prioritas hidupnya. Meski demikian, sebagai umat TUHAN kita perlu menyadari bahwa hal paling mendasar yang tidak dapat tergantinkan adalah kehadiran TUHAN di tengah perjalanan kehidupan ini.