Seberapa sering kita mengeluh tentang kondisi kehidupan yang ada saat ini? Dan, seberapa sering kita melakukan sesuatu untuk merespons kondisi tersebut? Kedua pertanyaan ini dapat menjadi ajakan untuk berefleksi sekaligus mengevaluasi diri terkait kehadiran dan peran kita di tengah dunia. Sebagai umat TUHAN, kita semua tentu percaya bahwa Ia mengutus kita sebagai rekan kerja yang menghadirkan keselamatan Kristus bagi dunia. Hal ini juga berarti kita siap untuk melakukan aksi sebagai pemenuhan tanggungjawab sekaligus panggilan iman dari TUHAN. Itulah bagian atau konsekuensi pasti dari keputusan hidup sebagai umat TUHAN. Persoalan terbesarnya sekarang adalah pada diri kita masing-masing, yaitu: apakah saya siap untuk menjadi utusan TUHAN?
Kesiapan sebagai utusan TUHAN tidaklah sekadar ucapan bibir yang mengaku, “Ini aku, utuslah aku TUHAN.”, melainkan sebuah ketegasan sikap dan kebulatan tekad untuk melakukan firman-Nya hingga kita berdampak di tengah dunia. Semua itu kita lakukan dan hanya bisa kita wujudkan di dalam lingkup kuasa TUHAN. Itulah sebabnya, ketika Yeremia mencoba untuk menahan diri terhadap panggilan-pengutusannya, TUHAN pun segera memberikan respons yang meneguhkan hati serta tekad Yeremia. TUHAN mengingatkan Yeremia bahwa Ia-lah yang membentuk, memilih dan memperlengkapi Yeremia untuk menjadi utusan-Nya. TUHAN pula lah yang menyertai Yeremia dalam memenuhi tugas-panggilannya.
Sahabat Alkitab, narasi awal dari pemanggilan Yeremia ini telah menjadi sebuah bahan refleksi yang mengajak kita untuk mempertanyakan kepada diri sendiri: apakah saya bersedia menerima panggilan-pengutusan dari TUHAN? Dan, apakah saya bersedia untuk menjadi utusan-Nya? Tidak ada pengeculaian bagi umat TUHAN untuk bernegosiasi apalagi menolak panggilan-pengutusan tersebut. Apabila ada yang merasa kurang percaya diri atau bahkan, merendahkan kualitas serta kompetensinya pribadi, maka ingatlah bahwa TUHAN-lah yang membentuk, memilih dan memperlengkapi setiap umat-Nya untuk menjadi utusan-utusan yang memberi dampak di tengah dunia. Pemenuhan atas panggilan-pengutusan sebagai umat TUHAN dapat kita lakukan mulai dari tindakan yang paling sederhana serta marak kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari hingga berbagai hal lain yang lebih spesifik serta rumit.