Mungkin kita pernah bertanya, bagaimana cara Tuhan menunjukkan kasih-Nya dalam hidup yang penuh luka, ketidakadilan, dan kekosongan ini? Mazmur hari ini menunjukkan pada kita bahwa kasih Tuhan tidak selalu hadir dalam bentuk keajaiban besar, melainkan dalam cara-cara yang membentuk hati dan menggugah nurani. Tuhan mengasihi dengan mengajarkan kita menjaga lidah dari dusta, menjauh dari kejahatan, dan mengejar damai sejahtera. Ia tidak hanya memberi, Ia juga membentuk, karena kasih sejati adalah kasih yang membimbing menuju kehidupan yang benar.
Kasih Tuhan juga terlihat dalam perhatian-Nya yang konkret, “Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong.” Ia bukan penonton yang jauh, melainkan Sahabat yang dekat dengan kita. Dengan demikian Ia mengenali hati yang remuk. Bahkan saat hidup membuat kita nyaris hancur, Tuhan melindungi segala tulang kita, menyimpan air mata kita, dan hadir dalam keheningan batin. Kasih-Nya bukan pereda rasa sakit yang instan, tapi kekuatan yang menopang di tengah derita.
Sahabat Alkitab, pengalaman dikasihi oleh Tuhan, terutama saat kita dalam kondisi terendah, sesungguhnya membangkitkan rasa aman serta identitas diri yang sehat. Mazmur ini hendak mengungkapkan bahwa orang benar pun bisa mengalami penderitaan, tetapi kasih Tuhan tidak pernah sirna dalam kehidupan. Justru dalam penderitaan datang, Tuhan hadir lebih dekat. Ia mengasihi kita di saat kita lemah. Kasih-Nya melingkupi dan menopang kita senantiasa. Maka ketika kita bertanya, “Bagaimana Tuhan mengasihiku?”, ingatlah kesaksian pemazmur, bahwa Tuhan menjawab dengan mendengarkan seruanmu, dengan membimbingmu menjauhi kejahatan, dengan melindungimu dan hadir di tengah remuknya hatimu. Inilah kasih yang tak bersyarat, yang tak selalu meniadakan badai bagi kita, melainkan menuntun kita untuk melewatinya badai tersebut.