Menjaga hidup tahir merupakan bagian dari identitas bangsa Israel sejak awal mereka dibentuk oleh Tuhan sebagai bangsa mandiri. Hal ini pun menjadi cerminan mengenai kualitas hidup dan diri mereka yang semestinya memancarkan kekudusan yang terpancar dari Tuhan. Sebagai umat Tuhan mereka tidak dapat sembarangan berperilaku dan membiarkan diri mereka hidup dalam kenajisan. Nilai dasar dari peraturan semacam ini adalah Tuhan tinggal di tengah-tengah perkemahan orang Israel dan tidak dapat menerima hal-hal yang tidak bersih atau yang dalam bahasa Ibrani disebut sebagai tame. Pelarangan segala hal yang tidak bersih dari lingkup perkemahan orang Israel pun bukanlah akhir dari segala hubungan karena Tuhan juga mengajarkan proses pentahiran, misalnya seperti yang dapat kita temukan pada Imamat 12-14.
Mungkin saja ada orang pada sekarang yang menilai ayat-ayat semacam ini sebagai bentuk diskriminasi. Padahal nilai utama dari kehadiran peraturan-peraturan ini menekankan pada nilai keseriusan dan totalitas hidup bersama Tuhan. Dibalik peraturan untuk menempatkan segala orang yang menjadi najir di luar lingkup perkemahan orang Israel lainnya terdapat sebuah wujud pemahaman iman yang menyadari bahwa mereka perlu menjaga hidup yang kudus dan bersih di hadapan-Nya. Masalah sebenarnya tidaklah terletak pada peraturan yang terkesan diskriminatif tersebut, melainkan pada pemahaman iman yang justru menjadi formalitas. Maksudnya, kebersihan yang diharapankan terjaga di hadapan Tuhan justru hanya bersifat fisik sehingga mereka mulai melupakan nilai hidup bersih yang mendalam di hadapan Tuhan.
Sahabat Alkitab, pembacaan firman Tuhan ini memberikan kita pengajaran untuk menjaga kebersihan hidup di hadapan Tuhan. Kebersihan ini tentu saja tidak berhenti pada persoalan-persoalan fisik, melainkan mendalam dalam kualitas iman, pikiran dan sikap hidup sebagai umat Tuhan. Kita perlu waspada karena banyak hal yang dapat kita lakukan yang justru menjadikan kita melanggar kualitas hidup tahir di hadapan Tuhan. Marilah kita mulai pentahiran dalam pikiran dan motif-motif beriman sebagai umat Tuhan.