Di tengah kehidupan modern ini, nampaknya kita tidaklah kesulitan untuk menemukan beragam contoh perihal kasus-kasus ketidakadilan yang merajalela. Tidak sedikit pula orang yang mulai pesimis melihat kenyataan yang begitu pilu, yakni ketika orang fasik justru terkesan hidup lebih nyaman dibanding mereka yang berupaya hidup dengan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran. Muncul pula pertanyaan-pertanyaan seperti: Kenapa saya justru lebih susah padahal sudah bekerja keras, sedangkan dia hanya bermodalkan uang suap namun mendapatkan posisi yang jauh lebih menguntungkan? Apakah hidup benar masih masuk akal untuk diperjuangkan ketika banyak tindakan yang bertolak-belakang justru diterima oleh masyarakat umum?
Sahabat Alkitab, tidak dapat dipungkiri bahwa kontradiksi antara konsep dengan kenyataan yang ada seringkali membuat prinsip menjadi memudar. Hal ini juga sangat mungkin terjadi pada prinsip hidup beriman sebagai umat TUHAN. Kita perlu membuka diri terhadap kemungkinan tersebut dan tidak bersikap naif. Justru, dengan menyadari kemungkinan tersebut, kita justru akan semakin sadar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih kokoh dalam menjunjung nilai-nilai kebenaran sesuai dengan firman TUHAN meski kenyataan seringkali menampiknya.
Bacaan Amsal pada hari ini memberikan kita prinsip hidup beriman yang perlu dijaga dan dipertahankan dalam kehidupan keseharian. Amsal mengajarkan bahwa kebenaran dan keadilan menjadi semacam kualitas hidup dari umat TUHAN yang perlu diwujudkan tanpa bergantung pada realitas yang ada. Maksudnya, kita tetap perlu memperjuangkan kebenaran dan kedilan dalam setiap laku hidup meski kenyataan di sekitar kita terkesan menunjang kefasikan. Lagipula, jika kita yang mengenal dan dibentuk untuk menghidupi kebenaran serta keadilan sesuai dengan firman TUHAN justru memilih untuk kalah terhadap kefasikan, maka bukankah kehidupan ini akan semakin penuh dengan ketidakbenaran serta ketidakadilan?