Pengendalian diri yang baik merupakan sebuah keahlian dasar yang semestinya dimiliki oleh setiap orang. Memang perlu juga disadari bahwa memiliki pengendalian diri tidak berarti seseorang akan lepas dari masalah maupun kesalahan. Dengan kata lain, seseorang tidak semestinya menghentikan proses pembentukan kemampuan pengendalian dirinya ketika ia mengalami masalah atau melakukan sebuah kesalahan. Namun, sebuah pengendalian diri yang terus dilatih dan dikembangkan akan meminimalisir seseorang mengalami kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam hidupnya atau segala bentuk penyesalan yang dapat diperkirakan sejak awal. Kisah Simei yang muncul dalam perikop ini pun menampilkan kepada kita mengenai dampak buruk dari buruknya kualitas sebuah pengendalian diri yang berujung pada pengambilan keputusan yang penuh penyesalan.
Simei adalah salah seorang yang memposisikan dirinya menjadi lawan dari Daud. Berdasarkan 2 Samuel 16:5-14 kita pun dapat mengetahui perihal tindakan yang ia lakukan kepada Daud, yakni ketika ia mengumpat dan mengutuk Daud pada saat Daud sedang mengalami intrik kerajaan dengan Absalom. Berdasarkan catatan dalam 2 Samuel tersebut, sangatlah jelas bahwa Simei memiliki kebencian yang mendarah-daging terhadap Daud. Meski demikian, Salomo masih memberikan kesempatan dan perlindungan bagi Simei dengan persyaratan yang sudah dimeteraikan dengan sumpah oleh Simei di hadapan Tuhan. Namun, nampaknya memang Simei tidak memiliki pengendalian diri yang baik, entah di masa lalu pada saat ia mengutuki Daud maupun pada saat ia menjalin sumpah kepada Salomo. Simei lebih memilih untuk menuruti nafsu dan kemarahannya untuk memenuhi kepuasan yang sementara dibanding kondisi hidupnya yang lebih panjang. Alhasil, seperti yang dapat kita ketahui bersama, Simei harus mengalami maut akibat keputusannya tersebut.
Sahabat Alkitab, pengendalian diri yang baik perlu menjadi bagian hidup setiap manusia. Terlebih lagi, setiap umat Tuhan perlu mengintegrasikan imannya ke dalam pengendalian diri yang dapat berdampak baik pada setiap pengambilan keputusan dalam hidupnya. Dengan kata lain, dalam hidup beriman setiap umat Tuhan, pengendalian diri dan kualitas iman idealnya menjadi dua bagian dari dirinya yang saling terhubung serta saling mempengaruhi. Inilah bagian dari proses pertumbuhan dirinya mengalami pendewasaan diri, karakter dan iman di dalam Tuhan.