Pemeliharaan peralatan ibadah di kemah suci tidak sekadar menjaga kebersihan dan keteraturan tata letaknya, melainkan juga menjadi salah satu wujud keseriusan bangsa Israel dalam mempertahankan hidup mereka sebagai umat Tuhan. Berdasarkan catatan-catatan seperti yang tertulis pada bacaan ini, kita pun dapat mengetahui mengenai cara bangsa Israel kuno membangun peradaban peribadahan mereka. Melalui pedoman yang diberikan langsung oleh Tuhan, bangsa Israel kuno telah mengenai konsep penggunaan peralatan ibadah yang tidak dapat diperlakukan sembarang, meski tidak juga untuk disembah.
Pekerjaan yang dilakukan oleh orang Lewi di kemah suci, dalam hal ini yang mengurusi segala perlengkapan kemah suci, bisa saja dipandang remeh. Apalagi ketika kita mencoba melihat hal tersebut dari perspektif manusia modern dengan budaya hidupnya yang cenderung mengejar prestise dan pengakuan melalui hal-hal yang terlihat mewah ‘penuh wibawa’. Kebanyakan orang ingin melakukan hal-hal yang dianggap ‘besar’ demi mendapatkan pengakuan yang besar pula dari banyak orang di sekitarnya. Padahal, penetapan orang-orang Lewi dengan tanggung jawab khususnya justru tidak hanya melakukan hal-hal yang ‘besar’ melainkan juga perlu mengurusi hal-hal yang dianggap ‘remeh’. Namun, semua itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab iman dan kesungguhan pengabdian mereka kepada Tuhan bukan untuk mengejar prestise di tengah suku-suku Israel yang lainnya.
Sahabat Alkitab, selama beberapa hari terakhir ini kita sudah merefleksikan nilai mengenai peran dan tanggung jawab yang tidak dapat dipandang remeh. Saat ini, kita pun kembali diingatkan mengenai pentingnya kerendahan hati dan ketulusan dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab dimana pun kita berada, entah di tengah keluarga, pekerjaan, gereja, dan masyarakat. Marilah kita gunakan bacaan hari ini sebagai bahan evaluasi kualitas diri sendiri pada saat menjalankan setiap tanggung jawab dan pemenuhan peran yang kita miliki.