Memperjuangkan kebenaran memang bukanlah perkara yang mudah. Hal ini tergambar dengan jelas melalui sikap dan pernyataan Yeremia kepada TUHAN. Pasca penolakan dan ancaman yang diberikan oleh warga Anatot kepadanya, Yeremia pun mencurahkan keluh-kesah kepada TUHAN. Sebagai orang yang berupaya dan mempertahankan diri untuk menyampaikan pesan kebenaran dari TUHAN, Yeremia merasa kecewa atas ‘ketidakadilan’ hidup yang dialaminya. Secara sederhana, keluhan Yeremia dapat dipahami secara demikian: mengapa orang yang hidup dengan menolak kebenaran justru memiliki kuasa atas orang yang hidup dengan menyuarakan atau mengupayakan kebenaran?
Keluhan Yeremia memang menjadi sangat wajar dan dapat dipahami sebagai orang yang tertindas karena memperjuangkan kebenaran. Meski demikian, keluhan itu juga tidak serta-merta menjadikan TUHAN sebagai pihak yang pura-pura tidak tahu atas kenyataan tersebut. Itulah sebabnya, berdasarkan ayat 5 dan 6 TUHAN sedang memberikan respons yang menguatkan kembali mental serta iman Yeremia untuk terus memperjuangkan kebenaran. Hal ini tersurat dengan sangat jelas melalui pertanyaan reflektif, “Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda?”
Sahabat Alkitab, firman TUHAN kepada Yeremia ini sudah cukup membuktikan bahwa setiap pribadi yang mengupayakan kebenaran memang sangat mungkin untuk mendapatkan penolakan, bahkan dari orang-orang terdekat di sekitarnya. Berbagai tantangan akan muncul pada saat kita mengupayakan hidup benar dan memperjuangkan kebenaran berlandaskan firman TUHAN. Namun, itu tidak dapat menjadikan kita kendur semangat apalagi menyerah untuk melakukannya.