Terkadang atau bahkan seringkali seseorang tidak menyadari tentang dampak dari apa yang dilakukannya. Ada beberapa alasan yang mungkin melatarbelakangi munculnya kondisi tersebut, misalnya: kurangnya pengetahuan yang membangkitkan kesadaran penilaian atas sebuah tindakan, kesalahan orientasi etis atau pengaruh lingkungan terhadap pembentukan standar moralitas. Di dalam konteks masyarakat Yehuda yang berdosa di hadapan TUHAN, nampaknya ketiga hal itu dapat kita gunakan untuk mencoba memahami kondisi mereka yang berdosa kepada TUHAN. Itulah mengapa, TUHAN berulangkali mengutus para nabi untuk menegur mereka. Teguran itu bukan menjadi cara untuk meluapkan kebencian TUHAN, melainkan sebagai bentuk kasih yang mendidik untuk membangkitkan kesadaran atas segala perilaku berdosa yang mereka lakukan.
Pada perikop ini Yeremia diutus untuk menyampaikan pesan kenabiannya secara langsung ke depan muka para masyarakat Yehuda, entah secara simbolik maupun harafiah. Pertama, Yeremia diperintahkan menghadap para tua-tua yang adalah para tokoh yang didengar dan dipanuti oleh masyarakat untuk menyampaikan kritik pengajaran kepada mereka. Kedua, Yeremia juga diperintahkan untuk menyampaikan kritik tersebut di depan pintu gerbang kota yang adalah tempat dimana orang lalu-lalang. Hal ini sangat esensial untuk dilakukan agar semakin banyak orang yang mendapatkan kritikan dan mengalami didikan sehingga mereka menyadari bahwa cara hidup yang mereka ciptakan adalah dosa di hadapan TUHAN.
Sahabat Alkitab, melalui perikop ini kita belajar bahwa selalu ada kemungkinan manusia tidak menyadari penuh atas perkataan, pemikiran dan perilaku yang ia miliki. Oleh sebab itu, dibutuhkan pedoman yang akan terus membentuk dan membangun kesadaran serta karakter kritis pada dirinya sendiri sehingga ia terus mengalami perkembangan yang efektif. Sebagai umat percaya, kita pun mengakui bahwa firman TUHAN, pertama-tama yang dapat kita akses melalui Alkitab, adalah pedoman dasar untuk membentuk cara pandang dan perilaku yang sehat, entah dalam lingkup sosial maupun relasi dengan TUHAN.