Terdapat realitas sosial yang cukup banyak muncul di beberapa negara, secara khusus dengan catatan kepemimpinan yang diktator, yaitu perihal pembungkaman suara-suara yang mengkritik atau menentang. Maklum saja, setiap kritikan terhadap kekuasaan dapat mengguncang kenyamanan para penguasa yang menggunakan jabatan dengan cara-cara yang cenderung keras dan pembungkaman terhadap kritik biasanya dilakukan oleh para individu yang haus akan kekuasaan. Mereka merasa terganggu dengan keberadaan para individu yang memberikan suara-suara kritis karena akan membangkitkan kesadaran masyarakat luas atas sebuah isu yang dapat meruntuhkan stabilitas kekuasaan mereka. Hal ini pula yang dialami oleh Yeremia yang tidak henti-hentinya menyampaikan firman TUHAN.
Sefaca, Gedalya, Yukhal dan Pasyhur adalah para penguasa yang merasa terancam dengan kehadiran Yeremia. Alih-alih menggunakan stabilitas kekuatan militer sebagai alasan untuk membungkam Yeremia, mereka justru merasakan bahaya yang akan melengserkan mereka dari jabatan sebagai pemangku kekuasaan politik bangsa Israel saat itu. Bahkan, pernyataan dari raja Zedekia telah menunjukkan bahwa sistem pemerintahan dan politik yang berlaku pada masa itu telah menempatkan orang-orang seperti mereka sebagai penentuk kebijakan publik dan hukum yang melebihi kuasa seorang raja. Terlalu banyak pihak dengan segala kenyamanan yang mereka miliki yang merasa terancam oleh kehadiran Yeremia atau lebih tepatnya oleh pesan kebenaran firman TUHAN yang disampaikan.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN itu pasti akan terasa jauh lebih menyenangkan untuk diterima ketika ia berperan sebagai pelipur lara. Namun, tantangan dalam menerima firman TUHAN akan semakin terasa ketika ia berperan sebagai kritik yang membangun yang mengganggu kita untuk melepaskan diri dari kenyamanan segala kesalahan dan dosa di hadapan TUHAN. Marilah kita membangun ketulusan sebagai persiapan untuk menerima kebenaran firman TUHAN.