Sebuah gombalan tentu sudah tidak asing lagi di antara sepasang insan yang sedang diliputi cinta. Banyak para perajut kasih yang baru memulai kisah cinta mereka menggunakan beragam kata-kata manis untuk menyenangkan hati dan membuat perasaan ‘melayang’ pada diri pasangan. Alhasi, tidak jarang kata-kata manis itu berujung pada kalimat-kalimat gombal yang kalau tidak dikendalikan justru berubah menjadi perkataan hampa tanpa makna.
Pada ayat 15 hingga 17 ini sekilas kita melihat cara mempelai perempuan dan mempelai laki-laki yang saling menggombal. Namun, apabila kita telisik lebih lanjut, maka akan ditemukan ungkapan kebahagiaan penuh harapan dalam hubungan yang sedang mereka jalani. Mereka tidak sekadar memuji keindahan fisik satu dengan lainnya, melainkan juga berusaha untuk mengungkapkan perasaan bahagia dan harapan tentang kondisi hubungan mereka. Itulah mengapa bersamaan dengan perumpamaan keindahan fisik yang mereka ungkapkan, misal ‘mata seperti merpati’ terdapat juga perkataan untuk menggambarkan kondisi hubungan seperti ‘sejuknya petiduran’ dan kuatnya rumah sebagai perlindungan. Mereka mengisi puji-pujian untuk satu sama lainnya dengan harapan akan terciptanya hubungan yang berkualitas dan kebahagiaan di dalamnya.
Sahabat Alkitab, dialog Kidung Agung ini telah membawa kita kepada sebuah kesadaran tentang perlunya menaruh harapan terhadap setiap hubungan yang kita bangun. Artinya, setiap perkataan yang kita ucapkan untuk rekan relasi, entah itu kekasih, suami-isteri, orang tua-anak, sahabat, idealnya disertai dengan harapan akan terciptanya ketenangan dan kebahagiaan di dalamnya. Hubungan yang kita bangun tidak memerlukan perkataan manis nan kosong, melainkan perkataan penuh kuasa dalam harapan yang tentunya diucapkan kepada TUHAN, Sang Kasih Sejati.
