Salah satu perbedaan yang begitu kentara antara seorang beriman dengan tidak adalah pada saat ia menghadapi pergumulan maupun menyelesaikan sebuah persoalan. Bagi seorang tidak beriman ia akan menganggap bahwa keberhasilan yang ia capai merupakan hasil dari kemampuan dan upayanya mandiri. Sedangkan, bagi seorang beriman ia mengakui bahwa itu semua merupakan bentuk karya Ialhi yang terjadi dalam kehidupannya. Artinya, sebagai umat beriman kita mengakui bahwa hidup kita bersumber dan bergantung penuh pada TUHAN, Sang Kehidupan. Bahkan, TUHAN-lah pelaku aktif yang berperang besar dalam kehidupan. Hal ini pula yang tergambar dalam pernyataan perang antara TUHAN dengan Gog.
TUHAN sedang menampilkan posisi-Nya yang secara terang-terangan melawan Gog, sosok simbol kekuasaan bangsa-bangsa pada masa itu yang juga memerintah atas Israel. TUHAN sendirilah yang akan meruntuhkan beragam kekuatan Gog beserta banyak bangsa yang bersamanya. Dengan kata lain, berapa pun kekuatan beserta segala bala tantara yang mereka miliki tidak akan mampu untuk bertahan menghadapi kekuatan TUHAN. Selain itu, pernyataan TUHAN yang melawan Gog sekaligus menjadi sebuah kabar sukacita bagi Israel, bahwa masa-masa kelam dan penuh malu yang mereka rasakan pun segera berakhir. Kehancuran Gog akibat kuasa TUHAN merupakan momen kelepasan nan melegakan bagi Israel. TUHAN-lah yang berperang, membela dan mempertahankan Israel, umat-Nya bukan sebaliknya.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN pada hari ini telah memberikan kita sebuah penekanan mengenai besarnya peran TUHAN dalam hidup setiap umat-Nya. TUHAN adalah pelaku aktif yang berperan besar dalam kehidupan ini, bukan kita yang memiliki kuasa untuk melibatkan TUHAN dalam kehidupan kita. TUHAN-lah yang membela perkara setiap umat-Nya, bukan sebaliknya. TUHAN-lah yang memiliki kuasa untuk memberikan perlindungan dan mendatangkan kelepasan bagi kita, bukan kita yang menghadirkan pembelaan bagi TUHAN. Hal ini tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel yang sedang berada dalam peliknya kondisi peperangan pada saat itu, melainkan juga bagi setiap umat TUHAN di masa sekarang dalam menghadapi berbagai pergumulan kehidupan. Oleh sebab itu, bukankah sebuah kelayakan bagi kita untuk merendahkan hati di hadapan TUHAN, bukannya bermegah diri atas berbagai keberhasilan yang kita milki?