Mulut dari setiap umat Tuhan idealnya penuh dengan berkat dan menghasilkan segala hal yang membawa damai, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya. Perkataan sombong yang keluar, kata-kata kasar yang terlontar, maupun segala sumpah serapah yang muncul dari mulut seorang manusia merupakan cerminan dari kualitas hatinya sendiri. Bahkan, tidak sekadar itu, semua perkataan dari mulut seseorang yang mengaku sebagai umat Tuhan juga menjadi pancaran dari kondisi imannya.
Penulis surat Yudas sudah menerangkan kepada jemaatnya perihal sikap dari manusia-manusia yang berlaku congkak dan gemar menghasilkan perkataan nista yang telah melukai hati Tuhan. Kemunculan manusia-manusia seperti itu sudah ada sejak masa lalu dan telah menjadi bagian dari nubuatan Henokh, keturunan Adam. Berdasarkan nubuatannya tersebut penulis surat Yudas ingin menekankan kepada jemaatnya bahwa setiap orang yang berlaku congkak dan penuh perkataan nista tidak akan bertahan dan lolos dari pasukan malaikat Tuhan yang kudus. Kehadiran para malaikat ini dimaksudkan sebagai penghakiman atas diri orang-orang tersebut. Artinya, segala sikap dalam beriman yang penuh dengan kecongkakan dan dipenuhi dengan perkataan nista tidaklah dapat diterima.
Sahabat Alkitab, biarlah renungan firman Tuhan pada hari ini dapat kita respons dengan sebuah kesediaan diri untuk menilik setiap perilaku yang kita hasilkan sebagai umat Tuhan. Marilah kita mulai dengan mengevaluasi seberapa sering kita menggunakan mulut untuk menghasilkan perkataan yang menghadirkan berkat bagi orang lain dibanding menghadirkan perkataan kutuk terhadap diri sendiri maupun individu lain di sekitar kita. Ingatlah, menjalani hidup sebagai umat Tuhan idealnya menghadirkan sikap hidup penuh berkat, entah dalam perilaku maupun perkataan terhadap sesama.
