Orang-orang Farisi berpuasa secara rutin setiap hari Senin dan Kamis, ini juga dilakukan oleh para pengikut Tohanes Pembaptis, walaupun mungkin dengan alasan yang berbeda. Berpuasa merupakan tanda yang kelihatan dari perkabungan akan dosa dan merendahkan diri di hadapan Allah. Karena itu, orang-orang mempertanyakan mengapa Yesus dan murid-murid-Nya tidak berpuasa pada hari-hari puasa tersebut. Yesus menjawab bahwa untuk saat itu murid-murid-Nya tidak berpuasa karena Ia sendiri masih ada bersama dengan mereka, nanti saat Ia telah tidak ada lagi bersama dengan mereka, barulah para murid itu akan berpuasa. Kehadiran-Nya di dunia, Ia gambarkan sebagai kedatangan mempelai laki-laki dalam pesta pernikahan bersama dengan sahabat-sahabatnya, dalam suasana pesta yang penuh sukacita tentu tidak etis untuk berpuasa yang merupakan ekspresi dari dukacita.
Sahabat Alkitab, yang terpenting dari ritual-ritual ibadah yang kita kerjakan adalah bahwa kita memahami esensinya. Membandingkan bahwa berpuasa lebih rohani dari pada tidak berpuasa, antara berdoa dengan teduh dan berdoa dengan suara nyaring, antara menyanyi dengan suara yang lembut dan menyanyi dengan suara yang keras, adalah sebuah kekeliruan dan bentuk ketidakbijaksanaan. Sebab berpuasa adalah bentuk penyangkalan diri, dukacita, dan pertobatan akan dosa, bukan tentang pamer rohani seperti orang-orang Farisi. Begitu pun juga tentang berdoa dan bernyanyi, jika semua kita pahami maksud dasarnya, maka tidak ada perbedaan penting dari ekspresi yang kelihatan atas semua itu. Yang penting adalah apakah kita sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan dan bernyanyi untuk memuliakan-Nya. Mari bijaksana dalam memandang ekspresi-ekspresi ibadah yang kita lakukan dan yang dilakukan oleh orang lain, tidak membandingkan mana yang benar dan salah, melainkan melihat pada kesungguhan hati kita dalam melakukannya.
Lebih baik lambat berkata-kata dan menilai dari pada melakukannya dengan tanpa hikmat serta kebijaksanaan.
Salam Alkitab Untuk Semua