Di tengah konteks dunia yang penuh kebencian, kekerasan, dan kemiskinan muncul beberapa tokoh yang menjadi anomali dengan teladan hidup yang mereka tampilkan, misalnya: Marthin Luther King, Jr. yang memperjuangkan hak-hak warga berkulit hitam di Amerika Serikat yang pada masa itu masing sangat diskriminatif; Suster Teresa atau Bunda Teresa yang memberikan teladan kasih melalui kesediaannya untuk merawat kaum miskin, orang sakit, yatim-piatu dan kelompok marjinal di India; dan, Mahatma Gandhi yang memperkenalkan prinsip perlawanan tanpa kekerasan di tengah era penjajahan di India. Mereka telah membawa kesadaran kepada dunia bahwa kehidupan ini membutuhkan kehendak dan kehadiran cinta yang membawa perubahan. Kita pun dapat memaknai perilaku semacam ini berdasarkan syair Kidung Agung pada hari ini.
Melalui pujian yang mendeskripsikan kecantikan sang kekasih, si mempelai pria sedang menunjukkan bahwa segala hal yang ada pada diri mempelai perempuan telah merasuk dan memengaruhi dirinya dengan begitu hebat. Berbagai perbandingan digunakan oleh si pria untuk menggambarkan secara konkret mengenai segala dampak tersebut yang dia dapatkan dari si perempuan. Terdapat beberapa kata yang cukup unik muncul dalam pujian ini, misalnya ‘Yerusalem’, ‘Tirza’, ‘bala tentara’, ‘kambing dari Gilead’, ‘buah delima’. Semua itu tentu bukanlah tanpa alasan maupun pemaknaan yang spesifik, melainkan penuh nilai yang sangat relevan dengan kehidupan orang-orang masa itu. Penggunaan nama kota Yerusalem dan Tirza pun memiliki nilai politis dan militer yang mewakili pengaruh terhadap orang Israel. Mempelai pria dengan sengaja menggunakan nama-nama tersebut untuk mendeskripsikan dahsyatnya pengaruh cinta dan kehadiran mempelai perempuan dalam hidupnya. Bahkan, secara dramatis ia mengatakan bahwa pandangan si kekasih hati telah membuyarkan fokus dirinya. Cinta dan kehadiran dari mempelai perempuan tidak hanya menggugah selera fisik di mempelai pria, melainkan juga telah menembus ke dalam kesadarannya sebagai manusia.
Gambaran pujian yang muncul pada ayat ini membawa kita kepada sebuah perenungan bahwa cinta memiliki daya untuk menembus masuk ke dalam kesadaran dan hati seorang manusia. Artinya, setiap orang dengan cinta yang tulus memiliki daya untuk memengaruhi bahkan membentuk orang lain di sekitarnya. Layaknya mempelai pria yang telah terasuk oleh kehadiran dan cinta dari mempelai perempuan dalam kitab Kidung Agung, kita pun perlu mencermati pentingnya dampak menghadirkan cinta yang mengubahkan. Oleh sebab itu, maknailah setiap peran yang kita miliki sebagai kesempatan untuk menghadirkan cinta yang berpengaruh bagi orang-orang di sekitar kita, tentunya dalam nilai yang konstruktif. Kualitas cinta yang kita dapatkan dari Kidung Agung ini pun dapat semakin menolong kita untuk memahami keputusan orang-orang seperti Mahatma Gandhi, Suster Teresa, maupun Marthin Luter King, Jr. yang telah memberikan teladan mengenai dampak cinta melalui kehadiran dirinya yang membawa perubahan.