Memang di masa sekarang praktik untuk memiliki banyak pasangan sudah ditinggalkan, namun pada era kerajaan-kerajaan kuno, kehadiran selir bukanlah sesuatu yang janggal. Bahkan sosok mempelai pria, yang adalah seorang raja, mengakui keberadaan istri-istirinya yang berjumlah banyak. Tercatat ada sekitar 60 permaisuri, yakni perempuan yang dinikahi raja secara resmi ditambah selir sejumlah 80 perempuan. Artinya, sang raja memiliki banyak pilihan untuk memuaskan keinginannya sendiri dan tidak ada yang dapat menghalangi pilihannya tersebut.
Perikop ini memang tidak dapat dijadikan sebagai landasan Alkitab oleh kaum pria untuk melakukan poligami maupun memiliki banyak perempuan untuk memuaskan hasrat seksual. Praktik yang dilakukan oleh sang raja dalam kisah ini tentu menjadi sesuau yang sangat perlu untuk dikritisi secara kontekstual. Namun, di tengah cara pandang dan praktik cinta yang lumrah pada saat itu, kita justru mendapati sebuah keputusan pribadi yang penuh komitmen. Di hadapan dan di hati sang raja, hanya ada satu sosok perempuan yang paling istimewa. Di tengah melimpahnya pilihan yang dimiliki oleh sang raja, si mempelai perempuan adalah sosok utama yang tidak perlu dipertimbangkan. Perempuan inilah yang menjadi idaman hati dan target utama hasrat dari sang raja. Pernyataan mempelai pria dalam keempat ayat ini pun telah memberikan kita sebuah bentuk ketegasan cinta dalam beragam pilihan.
Sahabat Alkitab, menghidupi cinta berarti kita dituntut untuk memiliki ketegasan sikap dalam menghadapi pilihan. Salah satu kondisi yang dapat membahayakan keutuhan sebuah hubungan adalah ketidakmampuan mengendalikan hati dalam beragam pilihan. Pada saat seorang isteri atau suami tidak mampu berkomitmen dalam pilihannya yang telah memutuskan untuk hidup bersama pasangannya tersebut, sesungguhnya pada saat itulah mulai muncul beragam celah keretakan hubungan. Ketidakmampuan ini pula yang membuat seorang sahabat tega mengkhianati sahabatnya sendiri, bahkan mampu membuat seorang umat melupakan TUHAN-nya. Pada intinya, mencintai berarti memilih dan setiap manusia yang ingin menghidupi cinta sejati perlu memiliki keutuhan komitmen dalam menjaga pilihannya. Hal ini sangat berlaku dalam hubungan antar sesama manusia maupun antara manusia dengan TUHAN.