“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” merupakan sebuah pribahasa yang menekankan dampak hidup dalam kebersamaan di tengah sebuah komunitas yang diisi dengan tenggang rasa dan kesediaan untuk memberi diri bagi pihak lain. Masyarakat Indonesia pun sudah tidak asing lagi dengan nilai semacam ini. Lagi pula, bukankah konsep hidup bersosial ini pula yang terkandung di dalam ideologi, Pancasila, yang membentuk serta menjadi harapan perkembangan negara Indonesia? Namun, apakah situasi hidup yang mencerminkan idealisme itu telah terwujud secara efektif? Inilah sebuah ‘pekerjaan rumah’ yang perlu secara terus-menerus digumuli oleh seluruh masyarakat, termasuk oleh setiap umat TUHAN yang hidup di negara ini. Lalu, bagaimana kita, sebagai umat TUHAN, perlu menggumuli isu ini?
Paulus menggunakan tindakan pengorbanan Kristus yang menghadirkan keselamatan bagi semua orang sebagai landasan atau acuan tindakan pelayanan yang ia lakukan kepada jemaat di Korintus. Hal ini ia berikan sebagai salah satu cara untuk melawan para ‘musuh’-nya yang ada di dalam jemaat Korintus atau sebagai cara untuk mempertahankan peran dan kualitas pelayanannya terhadap serangan dari orang-orang yang berusaha untuk menghancurkan eksistensi Paulus beserta segala pengajaran yang telah ia berikan bagi jemaat. Paulus menekankan kepada para jemaat bahwa ia telah menerima banyak pengalaman pahit yang tidak mudah untuk dilakukan sebagai wujud kesungguhan dalam memberikan pelayanan yang murni bagi jemaat, bukan pelayanan yang berisikan banyak maksud terselubung atau manipulatif. Itulah mengapa Paulus membandingkan dirinya yang memiliki ‘hati yang nyata secara terang di hadapan TUHAN’ dengan orang-orang yang justru bermegah atas hal-hal lahiriah.
Ketulusan yang Paulus miliki sebagai bagian dari pelayanan yang ia kerjakan bagi jemaat di Korintus bukanlah prestasi pribadi maupun kesanggupannya secara personal. Justru, Paulus menyadari dengan sungguh bahwa itu semua hanya dapat terjadi karena tindakan pengorbanan Kristus, satu, yang telah menyelamatkan semua orang, banyak. Inilah sebuah teladan yang Paulus dapatkan dari Kristus, yakni sebuah kesediaan untuk memberikan diri bagi orang lain dalam kemurnian dan ketulusan hati.
Sahabat Alkitab, tulisan Paulus pada perikop ini tidak hanya dapat berfungsi untuk membekali umat TUHAN dalam membangun sikap hidup beriman yang terbatas pada relasi antara manusia dengan TUHAN maupun tertutup pada relasi antar sesama umat TUHAN. Justru, nilai pengajaran yang muncul di dalam tulisan Paulus dapat menolong setiap umat TUHAN untuk semakin memaknai keutuhan nilai hidup berkomunitas sebagai sebuah bangsa yang berpengharapan akan terciptanya kehidupan bersosial yang utuh. Pada saat kita bersedia untuk merasakan kondisi orang lain, peduli atas situasi hidup mereka dan memberikan tindakan yang menolongnya, pada saat itu pula kita sedang meneladani pengorbanan Kristus yang menjadi dasar pembentukan iman sebagai umat TUHAN.