‘Menilai’ merupakan sebuah proses yang rumit dan membutuhkan banyak pertimbangan. Sayangnya, seringkali banyak orang ‘menilai’ secara kurang tepat, tidak adil, bahkan asal-asalan. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses menilai, entah dalam konteks pendidikan di dalam ruang-ruang kelas maupun dalam hidup keseharian, masih dilakukan secara terlalu bias dan tidak berimbang. Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut, salah satunya adalah minimnya pemahaman dan pengenalan terhadap sesuatu yang ingin diberikan penilaian.
Paulus pun memberikan pengajaran terkait perubahan cara pandanganya dalam memberikan penilaian, entah terhadap sesama manusia maupun sosok Yesus Kristus. Transformasi kehidupan Paulus dari yang sebelumnya menolak Kristus hingga menjadi pengikut-Nya secara persisten telah menghasilkan dampak yang begitu besar terhadap diri Paulus, secara khusus dalam hal cara pandang dan caranya memberikan penilaian. Secara lugas, Paulus mengakui perilakunya yang dulu menilai seseorang, termasuk menilai Kristus, menurut ukuran manusia. Maksudnya, ia mengakui telah salah memahami Kristus dan berita injil yang dahulu ditolaknya. Alhasil, ia tidak memiliki cara pandang yang tepat dan penilaian yang benar tentang Kristus itu sendiri. Namun, sekarang transformasi hidup yang ia dapatkan di dalam Kristus, telah memutarbalikkan seluruh kondisi tersebut. Hal ini menjadi sangat penting, secara khusus dalam konteks penulisan surat 2 Korintus yang ditujukkan Paulus untuk meluruskan ajaran injil bagi jemaat di tengah kemunculan orang-orang yang memberikan pengajaran yang keliru akibat cara pandang dan penilaian yang tidak tepat tentang Kristus.
Sahabat Alkitab, transformasi hidup yang kita alami di dalam Kristus semestinya menghasilkan perubahan cara pandangan dan penilaian terhadap Kristus maupun sesama. Hal ini pun dapat terjadi secara terus-menerus seiring dengan laju kehidupan kita sebagai makhluk yang hidup. Artinya, akan selalu tercipta momen-momen perubahan cara pandang dan penilaian pada diri setiap umat TUHAN. Misalnya, pada saat seseorang mengalami pergumulan hebat biasanya cara pandangnya terhadap Kristus mulai mengalami ketidakjelasan hingga menilai Kristus sebagai sosok yang apatis maupun tidak peduli dengan dirinya. Namun, seiring dengan perjuangan iman yang sedang ia lakukan, sangat besar kemungkinan cara pandang dan penilaian itu pun berangsur berubah. Hal semacam ini juga akan dapat kita temui dalam bentuk relasi terhadap sesama. Oleh sebab itu, ingatlah bahwa salah satu indikator kita sedang menjalani hidup beriman adalah dengan adanya perubahan cara pandang dan penilaian. Apabila kita ingin mengalaminya, maka bangunlah pengenalan dan pemahaman yang benar tentang Kristus dan juga sesama agar kita terhindar dari praktir ‘menilai’ yang bias dan asal-asalan.