Pernyataan Paulus dalam perikop ini berisikan muatan nilai teologis yang begitu kuat di dalam kerangka teologi Kekristenan, secara khusus mengenai nilai tubuh dan eskatologis. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa pernyataannya juga tidak dapat disederhanakan dalam beberapa poin yang justru mengerdilkan pemikiran Paulus itu sendiri. Refleksi yang akan kita lakukan pada hari ini pun berusaha untuk menghindari hal tersebut dan lebih menekankan pada bentuk pemaknaan pengajaran Paulus dalam hidup keseharian. Secara khusus, di dalam kaitan ayat 6-10 kita akan memberikan fokus lebih pada ayat 9.
Paulus menuliskan, “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.” Pernyataan ini merupakan sebuah kesediaan iman untuk tetap berkarya di dalam hidup keseharian sebagai wujud perjuangan iman menghadapi berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini menjadi begitu relevan untuk konteks jemaat di Korintus yang mengalami berbagai gejolak, entah dari dalam maupun luar jemaat, yang sungguh dapat mengguncang keimanan mereka. Itulah mengapa, Paulus begitu menekankan persistensi keimanan yang perlu diperjuangkan, secara khusus di tengah beragam pergumulan kehidupan.
Secara lugas Paulus justru menggunakan pengalaman hidup yang penuh pergumulan dan ketidaknyamanan sebagai kesempatan untuk menunjukkan perjuangan iman yang perlu terus dilakukan. Dengan kata lain, pengajaran Paulus ini sedang mengajak jemaat di Korintus untuk tidak memandang pergumulan dan penderitaan secara pesimis melainkan dengan penuh pengharapan demi menghasilkan perjuangan iman yang terus bertumbuh. Tentu saja, hal ini tidak semudah yang dibayangkan dan diucapkan, namun memang sangat dibutuhkan. Inilah perspektif iman yang perlu dibangun oleh setiap umat TUHAN di tengah dinamika kehidupan yang penuh ketidakpastian.
Sahabat Alkitab, meresapi nilai pengajaran Paulus ini memang tidak dapat terjadi secara efektif jika hanya direspons sebagai bahan bacaan yang sembari lalu. Mewujudkannya dalam hidup keseharian juga tidak semudah ‘membalik telapak tangan’. Semua ini memang membutuhkan perjuangan iman, yaitu keutuhan pikiran, keteguhan hati dan kesungguhan komitmen untuk mengusahakan iman-percaya serta hidup yang berkenan kepada TUHAN. Tentu saja, sebuah perjuangan akan semakin teruji ketika dilakukan di tengah situsi-kondisi yang penuh tantangan dan sulit. Jadi, siapkah anda mengusahakannya?