Nampaknya, hampir dapat dipastikan bahwa kebanyakan manusia diajarkan untuk mengenal kebaikan dan melakukannya. Namun, mewujudkan konsep tidaklah semuah mempelajari sebatas ide. Diperlukan keberanian, tekad, mentalitas dan tujuan yang jelas pada diri seseorang, jikalau ia ingin mewujudkan kebenaran dalam hidupnya. Kondisi ini juga munucl dalam hidup beriman.
Setiap umat Tuhan perlu memahami bahwa iman bukan sekadar ide atau konsep yang cukup dipelajari, melainkan diwujudkan dalam kehidupan nyata. Persoalannya adalah mewujudkan iman dalam kehidupan nyata tidak semudah berkata-kata. Terdapat banyak situasi hidup maupun kondisi-kondisi tertentu yang membuat konsep iman terasa tidak relevan. Salah satunya adalah ketika seorang umat Tuhan diperhadapkan dengan situasi untuk memilih antara mempertahankan iman atau memilih keamanan diri meski harus menyangkal iman di hadapan Tuhan.
Pengalaman Petrus dan Yohanes yang tergambar dalam ayat 1-7 ini pun menampilkan sebuah dinamika hidup beriman yang tidak mudah. Akibat kesaksian yang mereka lakukan, Petrus dan Yohanes harus menghadpaai penghakiman di hadapan pemimpin agama Yahudi. Namun, mereka tetap mampu mempertahankan iman kepada Tuhan dengan segala konsekuensi yang ada. Mereka tidak gentar menghadapi tekanan dan mereka tidak mengurungkan imannya hanya karena situasi tersebut. Perjuangan iman mereka pun membuahkan hasil, seperti yang tertulis pada ayat 4 bahwa ada sekitar lima ribu orang laki-laki yang menjadi percaya setelah mendengarkan kesaksian Petrus dan Yohanes.
Sahabat Alkitab, hidup beriman merupakan sebuah perjuangan yang membutuhkan keteguhan dan keberanian. Kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi maraknya situasi dan kondisi hidup yang tidak jarang menempatkan kita pada pilihan antara mempertahankan iman atau meninggalkannya. Meski demikian, biarlah kisah Petrus dan Yohanes yang kita renungkan hari ini menjadi bukti bahwa setiap perjuangan iman dari umat Tuhan tidak akan berbuah kesia-siaan.