Apakah anda pernah punya suatu pengalaman pergi berbelanja yang direncakan selesai dalam beberapa waktu, namun justru berubah menjadi berkali-kali lipat lamanya? Padahal dari rumah anda sudah mengetahui dengan jelas perihal barang apa saja yang akan anda beli di tempat tujuan, bahkan sebagian orang menerapkan kebiasaan mencatat semua daftar kebutuhan yang akan dibeli nantinya. Namun, pada saat tiba di tempat semua perencanaan itu pun berubah ketika melihat beragam barang lain yang bahkan tidak masuk dalam kategori kebutuhan saat itu. Situasi semacam ini memang sangat mungkin terjadi akibat banyaknya distraksi perhatian yang mengubah fokus kita kepada hal-hal lain yang ‘sedap dipandang’ dan menarik perhatian kita dari alasan mendasar kita melakukannya.
Pada saat umat TUHAN mengalami hidup di pembuangan, mereka pun diperhadapkan pada sebuah situasi yang mengganggu perhatian iman mereka dari TUHAN. Situasi hidup yang tidak menyenangkan, kondisi yang membuat mereka merasa telah kehilangan harapan, dan beragam sosok ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa lainnya pun telah menjadi distraksi-distraksi terhadap fokus iman mereka. Ada tawaran yang terkesan lebih menarik, secara khusus mengenai kehadiran sosok ilah-ilah asing tersebut yang membuat mereka mulai memberikan perhatian kepada sosok-sosok tersebut. Terlebih lagi, para sosok ini seolah dianggap mampu memberikan harapan dengan pertolongan bagi mereka. Namun, pada saat inilah TUHAN mengutus nabi Yesaya yang tidak sekadar memberikan perkataan-perkataan teduh nan menenangkan kegelisahan iman umat-Nya, melainkan juga menghadirkan goncangan untuk kembali menyadarkan umat-Nya dari distraksi-distraksi yang muncul.
Sahabat Alkitab, permenungan firman TUHAN ini juga mengingatkan bahwa kita perlu waspada terhadap beragam distraksi yang dapat mengalihkan fokus dan ikatan rasa beriman kita dari TUHAN. Hal yang lebih berbahaya adalah ketika kita tidak sadar bahwa ternyata kita sudah mengalami kondisi tersebut. Kita merasa bahwa hubungan iman kita dengan TUHAN sedang baik-baik saja, padahal sesungguhnya hubungan itu perlahan berubah menjadi hampa karena dijalankan dengan beragam kebiasaan tanpa makna bukannya diisi dengan beragam aksi penuh rasa. Jadi, apakah hubungan iman anda dengan TUHAN adalah baik dan berkualitas?