Bacaan firman TUHAN pada hari ini menampilkan kepada kita dua aspek yang sangat bertolak belakang mengenai pendengaran akan firman TUHAN. Sikap pertama muncul dari Paulus yang begitu setia untuk memberikan kesaksian dan pengajaran iman sehingga orang lain mendapatkan akses untuk mendengarkan firman TUHAN. Namun, sikap Paulus ini telah menunjukkan sebuah ketulusan sebagai umat TUHAN. Sedangkan, sikap kedua yang bertolak-belakang dari sikap Paulus muncul pada diri gubernur Feliks, yakni ketika ia mau mendengarkan firman TUHAN hanya pada beberapa topik yang menyenangkan pendengaran dan keinginannya. Pada topik-topik mengenai kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menahan mulut Paulus agar tidak lagi memberikan pengajaran iman. Sikap Feliks ini merupakan contoh dari seseorang yang mendengarkan firman TUHAN hanya untuk beberapa hal yang ia anggap menyenangkan pendengaran dan hatinya sendiri. Besar kemungkinan respons penolakan dari Feliks terhadap topik-topik pengajaran firman tersebut disebabkan dampak ‘kritik’ dari firman TUHAN. Maksudnya, semua pesan pengajaran yang Paulus berikan pada saat membicarakan topik-topik tersebut berisikan kritikan terhadap cara hidup dan gaya kepemimpinan Feliks. Hal ini semakin diperkuat melalui tindakan Feliks yang sengaja mengurung Paulus hingga 2 tahun, bukan karena kesalahan yang Paulus lakukan melainkan karena ia ingin mengambil hati masyarakat Yahudi agar tidak melakukan pemberontakan. Tentu saja, hal semacam itu bukanlah hasil dari pendengaran dan penerimaan terhadap firman TUHAN.
Sahabat Alkitab, bacaan firman TUHAN hari ini dapat kita jadikan cermin untuk menilik sikap kita terhadap firman TUHAN. Apakah selama ini kita memperlakukan firman TUHAN sebagai acuan hidup, sebagai pembentuk cara pandang dan sikap kita sebagai umat TUHAN atau sebagai pemuas keinginan diri? Apabila kita memperlakukan firman TUHAN secara demikian, maka kita siap untuk mengalami kritikan, bahkan yang keras sekalipun, yang dapat menghantarkan kita kepada transformasi diri menjadi semakin sejalan dengan kebenaran firman TUHAN. Namun, hal lain yang juga perlu kita pertanyakan kepada diri sendiri adalah apakah kita justru memperlakukan firman TUHAN sebagai pemuas keinginan diri sendiri? Misalnya, kita masih memilih pesan firman TUHAN yang memuaskan diri sendiri dan meninggalkan pesan-pesan yang kita anggap terlalu keras mengkritik kita. Jangan sampai kita menjadi seseorang yang mendengar firman karena ada maunya!