Menjalani hidup beriman selalu dapat menjadi menarik dengan segala dinamika sikap yang muncul di dalam prosesnya. Misalnya, ada orang yang menganggap bahwa terselesaikannya sebuah masalah dalam hidupnya merupakan tanda dari pertumbuhan imannya. Dengan kata lain, iman yang kuat dan sehat akan berdampak pada terselesaikannya sebuah masalah dalam kehidupannya tersebut. Namun, ada pula yang berusaha terlebih dahulu membangun daya tahan imannya agar siap menghadapi segala kenyataan dalam hidupnya tersebut. Lantas bagaimana sebenarnya proses dinamika hidup beriman? Setiap orang beriman pun memiliki cara atau respons imannya masing-masing untuk menjalani kenyataan hidupnya. Bahkan, satu orang yang sama dapat mengalami perubahan respons iman atas kondisi hidup yang serupa yang terjadi dalam hidupnya.
Ucapan syukur yang Paulus berikan atas kondisi jemaat di Kolose juga berisikan doa dan harapan agar mereka dapat terus mengalami pertumbuhan iman sebagai umat TUHAN. Konsep beriman yang muncul dalam teks ini pun menunjukkan bahwa pemahaman dan pengalaman iman merupakan modal dasar untuk menghadapi berbagai realitas kehidupan agar tetap teguh menjadi umat yang tekun dan sabar di hadapan TUHAN. Pengampunan dosa yang telah tergenapi di dalam Yesus Kristus merupakan dasar pengharapan bagi setiap umat-Nya untuk terus menjalani kehidupannya, tidak lagi tergantung pada kenyamanan dan ketenangan hidup yang harus lepas dari segala pergumulan. Perkataan Paulus ini pun dapat menjadi pengingat bagi setiap kita bahwa mengalami pertumbuhan iman tidak lah semestinya bergantung pada selesai atau tidak selesainya sebuah masalah, tenang atau penuh riaknya realitas kehidupan, melainkan terhadap bagaimana cara pandang, pemahaman dan keintiman relasi antara kita dengan TUHAN dapat terus mengalami pertumbuhan di tengah beragam kenyataan kehidupan,