Secara umum, ambisi dapat diartikan sebagai keinginan, hasrat, nafsu yang besar untuk menjadi atau memperoleh atau melakukan sesuatu. Di dalam salah satu artikel yang melakukan ulasan dengan pendekatan psikologi, di banyak tradisi Timur, ambisi dilihat sebagai sesuatu yang jahat, yang dapat mengikat seseorang pada hal-hal duniawi, tetapi pada masa sekarang, banyak pakar yang membagi ambisi menjadi dua, yaitu, ambisi yang sehat dan ambisi yang tidak sehat. Ambisi yang sehat dapat dipahami sebagai perjuangan mencapai sesuatu yang terukur dan konstruktif. Sebaliknya, ambisi yang tidak sehat dipahami sebagai perjuangan yang tidak teratur dan seringkali bersifat merusak sehingga lebih mirip dengan keserakahan.
Sahabat Alkitab, bacaan kita pada hari ini pun memperlihatkan salah seorang anak Daud, yaitu Adoniah, yang memiliki ambisi yang tidak sehat untuk menjadi raja menggantikan Daud, ayahnya. Ia mencari sekutu untuk melancarkan misinya tersebut tanpa peduli bahwa ayahnya masih hidup. Walaupun nampaknya ia berhasil menjadi raja dengan mengelabui ayahnya yang sudah renta dan tampak semakin tidak berdaya, tetapi ia tidak dapat menyangkal bahwa sesungguhnya Daud telah berjanji untuk mewarisi kerajaannya kepada Salomo. Tindakan Adonia pada perikop ini telah menjadi sebuah bentuk ambisi negatif yang tidak dapat dikendalikan olehnya, bahkan dapat disimpulkan bahwa ia lebih memilih segala cara untuk mewujudkan ambisi negatifnya tersebut.
Pada hari ini kita pun dapat belajar bahwa ambisi yang tidak sehat jika dipertahankan akan membuat kekacauan, bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga orang atau lingkungan di sekitar kita. Kekacauan ini terjadi karena ambisi yang tidak sehat seringkali mengelabui diri kita sendiri. Tujuan yang baik bisa berdampak buruk karena efek dari cara-cara pencapaian tujuan yang tidak baik dan tidak sesuai kehendak Tuhan. Sahabat Alkitab, marilah kita mengambil waktu sejenak untuk melakukan introspeksi diri sebelum mengambil tindakan untuk mencapai atau memperoleh sesuatu yang sangat kita impikan. Marilah kita mengelola ambisi agar tetap berwujud sebagai ambisi yang sehat.