Jalan raya seringkali menjadi arena pertaruhan emosi dan logika dari banyak penggunanya. Tidak sedikit orang yang harus menyesali tindakannya di jalan raya akibat ketidakmampuan dirinya mengelola diri menghadapi situasi-kondisi yang mengganggu kenyamanan maupun egonya sebagai pribadi. Beragam kemungkinan yang muncul di jalan raya, khususnya di kota-kota besar, ibarat rimba yang penuh dengan bahaya. Oleh sebab itu, setiap pengguna jalan raya dituntut untuk memiliki kedewasaan dan kematangan dalam pengendalian dirinya agar tidak berujung pada keputusan-keputusan ‘sesaat’ yang menghasilkan penyesalan yang berkepanjangan.
Penyair Amsal, melalui ayat 16-20 ini, juga menegaskan bahwa seorang manusia perlu memiliki kemampuan bertindak bijak, penuh dengan perencanaan dan pengendalian diri agar tidak berujung pada perilaku yang bodoh. Kemampuan ini pun bukanlah sesuatu yang muncul secara kilat atau kompetensi diri yang instan, melainkan sebagai hasil dari ketekunan seseorang dalam menjalani pengalaman hidupnya. Artinya, setiap momen yang muncul dalam hidup perlu kita pahami dan maknai sebagai bagian dari pembentukan kematangan diri menjadi pribadi yang semakin bijak. Pembelajaran ini pun dapat mewujud melalui berbagai pengalaman hidup yang senang maupun susah, melalui peristiwa yang menenangkan maupun menegangkan.
Sebagai umat TUHAN kita pun patut bersyukur atas segala akses dan pembelajaran terhadap firman-Nya yang sangat berdampak untuk membentuk kita menjadi pribadi yang bijak dan penuh perencanaan. Berbagai perkataan dalam firman TUHAN merupakan panduan bagi setiap umat TUHAN untuk bertumbuh melalui berbagai momen hidup yang terjadi dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, pertumbuhan kita menjadi pribadi yang lebih bijak tidak akan mungkin terwujud tanpa hadirnya kebenaran firman TUHAN yang memberikan pedoman dalam menyingkapkan nilai-nilai yang dapat membawa kita menjadi semakin dewasa dalam berpikir, menimbang dan bertindak di segala situasi serta kondisi kehidupan.