Ketika kerajaan Yehuda terus memulihkan diri dan menerima berkat ketentraman dari TUHAN, Israel yang dipimpin oleh raja Baesa datang menyerang. Baesa berhasil memperkuat kota Rama dan menutup jalur lalu lintas menuju Yehuda. Kota Rama terletak di wilayah Benyamin, tidak jauh dari kota Yerusalem, jika jalur ini ditutup tentu akan mengganggu perekonomian kerajaan Yehuda. Raja Asa merasa terhimpit karena serangan Baesa mengancam pertahanan militer sekaligus berpotensi merugikan perekonomian kerajaan Yehuda. Asa merasa tak sanggup menghadapi Baesa sendirian, maka ia meminta bantuan kepada Benhadad, raja Aram. Asa mengirimkan harta benda berupa emas dan perak yang diambil dari perbendaharaan rumah TUHAN kepada Raja Benhadad. Emas dan perak yang seharusnya digunakan untuk keperluan rumah TUHAN, ia gunakan untuk membujuk raja Benhadad agar memutuskan hubungan dengan raja Baesa dan berbalik memihak kepadanya. Tawaran Asa diterima, Israel berhasil dipukul mundur oleh Aram dan beberapa kota di wilayah barat laut Israel, yang merupakan tanah perjanjian, berhasil dikuasai pasukan Benhadad. Mengizinkan bangsa Aram untuk menguasai sebagian wilayah Israel bertentangan dengan perintah TUHAN kepada bangsa Israel dan Yehuda, yaitu perintah tentang menghapus pengaruh bangsa asing dari tanah perjanjian. Namun tampaknya raja Asa tidak mengindahkan perintah tersebut, ia melanjutkan rencananya mengerahkan orang-orang dari seluruh Yehuda untuk bergotong-royong memperkuat kota Geba dan Mizpa.
Kebijakan Asa menimbulkan kesengsaraan dan memicu konflik antara Aram dan Israel, hingga berujung pada pengasingan 10 suku Israel di kemudian hari. Apa yang Asa pikirkan sebagai solusi atas pergumulan Yehuda ternyata memiliki konsekuensi jangka panjang yang tidak sepadan. Dalam kegagahan akal budi Asa ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hikmat Tuhan yang ditinggalkan oleh Asa.
Sahabat Alkitab, Allah memang menganugerahkan akal budi kepada manusia. Namun, seringkali kita lupa bahwa akal budi kita hanyalah alat untuk memuliakan Tuhan. Maka dalam pengambilan keputusan apapun hendaknya kita bergantung pada hikmat dan ketetapan-Nya saja. Asa salah memilih sekutu. Ia pikir Kerajaan Aram dapat menjadi mitra strategis, sayangnya Aram malah berubah jadi musuh potensial di masa mendatang. Raja Asa juga melanggar ketetapan Tuhan untuk tidak bersekutu dengan bangsa asing. Dalam kehidupan yang kompleks yang kita jalani ini mungkin Tuhan akan menempatkan kita pada posisi-posisi yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan taktis. Justru pada saat itulah kita harus benar-benar berserah pada hikmat dan ketetapan-Nya dan bukannya mengandalkan ego serta akal budi kita semata.