Hiram dari Tirus merupakan contoh seseorang yang dengan senang hati mengoptimalkan talenta yang ada pada dirinya. Catatan pada hari ini juga menunjukkan bahwa keahlian itu pun ia dapatkan dari orang tua yang juga berkecimpung pada lingkup bidang yang sama. Sang ayah yang merupakan seorang ahli tembaga telah memberikan pengaruh yang juga sama besarnya bagi sang anak yang juga menjadi seseorang dengan penuh keahlian dalam mengolah tembaga. Bahkan, keahlian itu pun dapat mengambil peran yang begitu besar dalam proses pembangunan Bait Suci. Keahlian yang dimiliki oleh Tirus tidak lagi sekedar ‘warisan’ yang dia dapatkan dari sang ayah maupun sebatas modal pekerjaan untuk menyambung hidupnya, melainkan telah menjadi sarana pengabdian iman bagi TUHAN.
Sahabat Alkitab, berdasarkan kisah Hiram ini kita juga diajak untuk memaknai segala potensi yang ada pada diri sendiri. Terkadang, entah sadar maupun tidak, kita menimbun segala potensi diri hingga tidak dapat berdampak secara efektif. Ada banyak hal yang memengaruhi seseorang memilih untuk melakukan hal tersebut, entah karena pengaruh lingkungan yang buruk yang membuatnya merasa tidak percaya diri, penilaian gambar diri yang buruk, kekeliruan dalam mengenali potensi diri, maupun keengganan untuk berdampak. Oleh sebab itu, kita juga perlu bertanya kepada diri sendiri dan merenungkannya secara jujur dan tulus. Apakah kita sudah mengenali potensi diri? Apakah kita sudah menggunakannya untuk memuliakan Tuhan? Jika belum, maka apakah hambatan paling besar bagi kita untuk melakukannya? Perenungan terhadap topik ini adalah sangat baik untuk dilakukan karena pada dasarnya potensi diri menjadi modal paling utama yang kita miliki untuk memberikan pengabdian bagi Tuhan. Setiap kita tentu punya alasan dan hal untuk dipersembahkan bagi Tuhan, namun seringkali itu semua terhambat karena keengganan diri untuk melakukannya.
Perenungan firman Tuhan pada hari ini pun kiranya dapat kita maknai sebagai cermin untuk mencermati kondisi diri perihal kesiapan hati dalam mengemban pengabdian iman melalui segala potensi diri yang kita miliki. Jangan sampai semua keahlian dan potensi itu justru tertimbun dan tertidur lelap tanpa membawa pengaruh baik. Ingatlah, segala potensi pada diri kita selayaknya dioptimalkan untuk berdampak baik dalam kehidupan ini dan menjadi sarana pengabdian iman bagi Tuhan.