Sikap Zedekia bin Kena’ana dan raja Ahab merupakan contoh nyata dari orang yang tidak siap untuk menerima kebenaran. Tidak berhenti sampai di situ, mereka juga berusaha keras membungkam kebenaran. Alih-alih melakukan introspeksi diri, keduanya, yang adalah pemangku jabatan penting dalam kehidupan kerajaan Israel, justru memberangus suara kenabian Mikha dan berusaha untuk menciptakan kebenaran versi mereka sendiri, yakni kebenaran palsu demi menunjang status serta kepentingan mereka.
Sahabat Alkitab, kita perlu mengakui bahwa seringkali kebenaran memang tidaklah menyenangkan untuk diterima. Apabila nilai kebenaran itu mengoreksi kondisi hidup orang lain, maka hal itu bukanlah perkara besar bagi kita. Namun, ketika suara kebenaran itu ditujukan untuk diri kita sendiri, sesungguhnya pada saat itulah kualitas penerimaan dan kerendahan hati dalam menghadapi kebenaran akan sangat teruji. Pada saat kebenaran hadir di hadapan kita dan menjadi cermin yang memperlihatkan segala kesalahan yang kita lakukan, sesungguhnya pada saat itu pula kita sedang dipaksa untuk meninggalkan kenyamanan yang sudah menarik kita menjauhi kebenaran. Oleh sebab itu, membangun relasi yang intim bersama TUHAN adalah sebuah modal pengalaman yang sangat penting yang akan memengaruhi respons keberterimaan kita terhadap setiap nilai-nilai kebenaran firman TUHAN.
Pada hari ini kita pun diajak untuk merenungkan nilai-nilai kebenaran yang telah kita dengarkan yang berdasar pada pesan-pesan firman TUHAN. Apakah setiap pengajaran firman itu telah kita usahakan menjadi kenyataan dalam sikap dan kata? Atau, jangan-jangan kita masih membiarkannya begitu saja, membisu di hadapan ketakutan atas segala cara hidup lingkungan yang tidak berterima terhadap nilai-nilai kebenaran tersebut.